Jakarta, Aktual.com – Cinta bisa membuat Anda terpaksa singgah ke kantor polisi di India. Paling tidak itu dialami pasangan muda Apurva Shind dan Zaved Mohammad di negara bagian Uttar Pradesh, belum lama ini.

“Saya mencintainya, Saya datang ke Meerut untuk mencari kerja dan kami menemukan sebuah kamar yang dapat kami sewa.Namun, tetangga-tetangga meributkan kami dan bahkan melaporkan ke polisi.”

Masalahnya, di mata polisi, Shind adalah seorang Hindu sementara Mohammad adalah seorang Muslim.Negara bagian Uttar Pradesh memberlakukan undang-undang baru yang mengkriminalkan pemaksaan pindah agama. Pasangan muda itu — terutama perempuan — harus menunjukkan bukti bahwa ia tidak akan berpindah agama, ataupun sekalipun berpindah agama bukan karena alasan pernikahan.

Tidak hanya Uttar Pradesh.Negara-negara bagian lain, seperti Karnataka dan Madhya Pradesh, yang pemerintahannya dikuasai BJP juga sedang berusaha memberlakukan undang-undang yang sama.Banyak pemimpin BJP dan umat Hindu di negara-negara bagian itu meyakini, saat ini sedang berkembang apa yang disebut sebagai “jihad cinta”, sebuah gerakan yang diklaim mereka digelar oleh orang-orang Muslim untuk membujuk para perempuan Hindu agar memeluk ajaran Islam melalui pernikahan.

Selama setahun terakhir ini, beberapa politisi BJP bahkan secara terbuka menuding bahwa jihad cinta adalah bagian dari konspirasi Islam untuk meningkatkan populasi Muslim India. Meskipun merupakan negara mayoritas Hindu, India memiliki 200 juta Muslim.

Banyak aktivis HAM, termasuk Shabnam Hashmi, menentang pandangan keliru ini. Mereka menuding partai yang berkuasa, BJP, dan organisasi induknya yang berhaluan ekstrem kanan, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), berusaha menarget Muslim India.

“RSS berusaha menyebarkan gossip bahwa pria-pria Muslim secara terorganisir merayu perempuan-perempuan Hindu dan membujuk mereka agar berpindah ke agama Islam melalui pernikahan.Mereka kemudian memproduksi anak sehingga populasi Muslim meningkat di India,” katanya.

Tidak hanya RSS yang menggelar usaha menentang jihad cinta.Banyak organisasi Hindu berhaluan kanan juga mengambil tindakan serupa, seperti Hindu Sena, yang juga dikenal sebagai Hindu Army. Mereka bahkan telah melakukannnya selama hampir 10 tahun terakhir.

Vishnu Gupta adalah ketua Hindu Sena. Ia mengatakan, ia bekerjasama dengan polisi untuk mencegah pernikahan-pernikahan yang melanggar hukum.

“Kami telah membatalkan banyak pernikahan seperti itu.Kami punya jaringan pengacara dan informan yang luas.Para orang tua perempuan Hindu banyak meminta bantuan kami untuk membatalkan pernikahan-pernikahan itu.”

Asif Iqbal menganggap apa yang dilakukan Hindu Sena sebagai sebuah masalah. Organisasinya, Dhanak, mendukung pernikahan beda agama.

“Banyak pasangan beda agama ketakutan, terutama di negara-negara bagian yang melarang pernikahan seperti itu. Mereka akhirnya pergi ke negara-negara bagian lain, seperti New Delhi, untuk melegalkan pernikahan mereka. Cinta adalah cinta,” katanya.

Ketakutan berlebihan umat Hindu terhadap jihad cinta tercermin dalam reaksi mereka terhadap apa muncul dalam kehidupan moderen India.

Oktober lalu, sebuah iklan televisi perusahaan perhiasan mewah Tanishq dikecam habis-habisan. Pasalnya iklan berjudul Ekatvam yang artinya persatuan menggambarkan seorang perempuan Hindu dan seorang pria Muslim yang sedang mempersiapkan pernikahan. Begitu iklan itu ditayangkan, sejumlah aktivis Hindu melakukan protes keras di media sosial. Karena takut menghadapi kekerasan, perusahaan itu mencabut iklan tersebut dari peredaran.

November lalu, ketika Netflix menayangkan adaptasi BBC atas novel “A Suitable Boy” karya penulis India terkenal Vikram Seth, reaksi serupa juga muncul. Beberapa aktivis Hindu melakukan protes keras karena film itu menggambarkan ciuman mesra pasangan Hindu-Muslim. Mereka mengklaim bahwa film itu mendorong jihad cinta dan membakar sentimen agama.

Voice of America