Jakarta, Aktual.co — Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro memastikan bahwa kondisi pelemahan Rupiah saat ini berbeda dengan krisis moneter tahun 1998. Menurutnya, kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik.

“Beberapa indikator seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan posisi cadangan devisa menunjukkan trend peningkatan,” ujar Bambang saat konferensi pers di Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa (10/2).

Lebih lanjut dikatakan dia, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk menghadapi dinamika sektor keuangan. Antara lain, antisipasi rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Beberapa langkah yang antispasi tersebut diantaranya, membentuk protokol managemen krisis nasional dalam wadah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Selain itu, menyipakan implementasi Bond Stabilization Framework (BSF) dengan beberapa lapisan pencegahan, seperti pembelian kembali sekuritas uang, penggunaan dana investasi BUMN, termasuk BPJS serta saldo anggaran lebih (SAL).

“Lalu kita akan membentuk currency swap line, antara lain di level bilateral, diantaranya dengan China, Jepang, dan Korea Selatan. Sera menyiapkan Deferred Draw Down Option (DDO) bekerja sama dengan world bank, asian development bank, Australia, dan Jepang,” kata dia.

Selain itu, Bambang mengatakan untuk mengatasi nilai tukar Rupiah yang terus melemah perlu dilakukan mekanisme terhadap dua hal, yaitu mekanisme secara langsung dan tidak langsung.

“Langsung maksudnya kalau demand Dolar AS tinggi selama supply nya cukup, harusnya kurs itu stabil atau menguat. Lalu cara kedua yang tidak langsung adalah Undang-Undang Mata Uang, tapi sayangnya sampai hari ini belum efektif, mungkin karena memang kita belum terlalu kencang melakukan law enforcement,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka