Karakter itu ibarat akar tunjang bagi gerak tumbuh suatu pohon. Tanpa akar yang kuat, sehebat apapun laju pertumbuhan suatu pohon, mudah roboh diterjang angin.
Karakter bukan saja menentukan eksistensi dan kemajuan seseorang, melaikan juga sebuah bangsa.
Peribahasa mengingatkan, “When wealth is lost, nothing is lost; when health is lost, something is lost; when character is lost, everything is lost.”
Itulah sebabnya mengapa para pendiri bangsa, melalui “lidah” Bung Karno, sangat menekankan program “Nation and Character Building”.
Dalam pandangannya, Indonesia adalah bangsa besar, namun seringkali memberi nilai terlalu rendah pada bangsanya, alias bermental kecil; masih belum terbebas dari mentalitas kaum terjajah yang sering mengidap perasaan rendah diri.
Akibat penjajahan dan feodalisme selama ratusan tahun, terbentuklah semacam mentalitas pecundang dengan penuh perasaan tak berdaya dan tak memiliki kepercayaan diri.
Memasuki alam kemerdekaan, Bung Karno menyerukan agar watak demikian harus dikikis habis.
Rakyat harus berjiwa merdeka, berani berkata, “Ini dadaku. Mana dadamu?” Berani mandiri dan menghargai diri (bangsa) sendiri.
Yudi Latif