Jakarta, Aktual.com – Wacana pembacaan doa dari semua agama disampaikan ketika Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag, Senin (5/4).
Hal ini langsung menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, sebelumnya Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menkritik Ide Gus Yakud tersebut. Dia menyampaikan cukuplah satu doa saja yang menjadi mayoritas di tempat tersebut.
Hal Senada disampaikan oleh Presiden GEMA Keadilan Indra Kusumah melalui situs resmi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (08/04), Dia menyampaikan setidaknya ada dua kemungkinan teknis pelaksanaannya yaitu ada satu orang yang membacakan doa semua agama atau ada 6 orang yang bergiliran membacakan doa sesuai agamanya.
Dalam pelaksanaannya jika satu orang yang membacakan doa maka hal tersebut termasuk kategori sinkretisme, yaitu mencampuradukan satu agama dengan agama lain. Setiap orang cukup membaca doa sesuai ajaran agamanya saja, tidak boleh dipaksa membaca doa dari ajaran agama yang tidak dianutnya.
Masalah juga akan timbul jika 6 orang yang membacakan doa yaitu akan menghabiskan waktu banyak dan anggaran berkali lipat untuk pembaca doa.
Masalah juga bisa muncul jika peserta yang hadir hanya terdiri dari satu atau dua agama misalkan, tapi doanya harus dari semua agama yang diakui di Indonesia. Masa harus cari orang hanya untuk pembaca doa padahal pesertanya tidak ada dari agama tersebut?
Apa yang terjadi selama ini sudah cukup. Pembacaan doa cukup oleh satu orang sesuai agama mayoritas yang hadir. Yang lain menyesuaikan berdoa sesuai agama masing-masing.
“So, toleransi itu bukan sinkretisme, Gus Yaqut,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nurman Abdul Rahman