Jakarta, Aktual.com – Ummul Mu’minin Sayyidah Khadijah binti Khuwailid RA wafat pada hari ke-11 bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Sayyidah Khadijah RA wafat dalam usia 65 tahun. Suatu peristiwa yang amat menyedihkan Rasulullah SAW sehingga tahun tersebut dinamakan “Ammul Huzn” (Tahun Kesedihan).
Diriwayatkan, ketika Sayyidah Khadijah sakit menjelang ajal, Khadijah RA berkata kepada Rasululllah SAW,
Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai isterimu belum berbakti kepadamu.
Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah meyokong dakwah Islam sepenuhnya, jawab Rasulullah
Kemudian Khadijah memanggil Fatimah Azzahra dan berbisik,
Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang ku takutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.
Mendengar itu Rasulullah SAW berkata,
Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di syurga
Ummul mukminin, Sayyidah Khadijah RA pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didakapnya istri Beliau itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Beliau dan semua orang yang ada disitu
Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya,
Untuk siapa kain kafan itu, ya Jibril?
Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan jawab Jibril. Jibril berhenti berkata dan kemudian menangis.
Rasulullah SAW bertanya, Kenapa, ya Jibril?
Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan sahut Jibril.
Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah,
Wahai Khadijah isteriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan isteri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah maha mengetahui semua amalanmu. “Semua hartamu kau infaqkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. “Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”.
Dikutip dari Kitab Al Busyro, yang ditulis Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliky al Hasani
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin