Bogor, Aktual.com – Smile Train Indonesia, sebuah organisasi sosial berskala internasional melakukan kolaborasi dengan Snack Video, untuk penggalangan dana guna membantu melakukan operasi medis terhadap para penderita bibir sumbing yang berasal dari kalangan tidak mampu di Indonesia.
Kolaborasi tersebut dilakukan dalam program donasi #SenyummuSedekahmu yang telah berlangsung sejak 12 April hingga 14 Mei 2021. Donasi dilakukan dengan cara membagikan video mereka dengan hashtag #SenyummuSedekahmu, dimana dari video yang ditonton dan dibagikan itu, para pengguna snack video telah berdonasi sebesar Rp1.000 dari tiap video-nya.
Kolaborasi itu pun berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp1,5 miliar, yang kemudian digunakan untuk melakukan operasi bibir sumbing terhadap 300 penderita yang ada di Indonesia, termasuk di wilayah Bogor, Jawa Barat.
Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati mengatakan, pihaknya telah bekerja di Indonesia sebagai organisasi sosial yang memfokuskan diri pada penanggulangan penyakit bibir sumbing dan celah langit-langit sejak tahun 2002 lalu. Tercatat hingga saat ini sudah 95.000 penderita bibir sumbing yang berhasil ditangani.
“Sampai saat ini di Indonesia sendiri kita sudah membantu sebanyak 95.000 operasi hanya di Indonesia. Kenapa bisa banyak, karena setiap tahun, dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, lahir bayi dalam keadaan kondisi bibir sumbing kurang lebih 8 sampai 9 ribu lahir bayi dalam keadaan bibir sumbing atau celah langit-langit,” ujar Deasy, usai konferensi pers di Bogor, Selasa (25/5).
Head of Public Policy for Southeast Asia and South Asia, Snack Video, Donny Eryastha mengungkapkan, gerakan yang diberi hastag #senyummusedekahmu itu merupakan gerakan yang luar biasa dan mendapat dukungan sangat baik dari pengguna aplikasi Snack Video.
“Mengadakan program #senyummusedekahmu bersama smile train indonesia, dimana video yang dibuat dan di share menyumbangkan 1000 rupiah, dalam 32 hari terkumpul 100 juta lebih video, 500 ribu pengguna dan miliaran video untuk digunakan sebagai sedekah,” ungkapnya.
Dokter spesialis bedah plastik, dr. Yantoko dalam kesempatan yang sama mengatakan, kasus bibir sumbing dan penyakit celah langit-langit di Indonesia cukup besar. Setiap tahun diperkirakan ada 9.000 ribu bayi lahir dalam kondisi bibir sumbing di Indonesia. setidaknya ratusan bayi di dunia terlahir dalam kondisi bibir sumbing setiap 3 menit.
“Kasusnya setiap tiga menit lahir bayi sumbing di dunia. Kalau angka kejadian ada yang menyebutkan 400 dari kelahiran baru, ada yang 600 dan 800. Jadi memang banyak,” ujar dokter Yantoko.
Permasalahan yang dihadapi di lapangan, kata dokter Yantoko adalah orangtua yang merasa takut ketika mengetahui anaknya lahir dalam keadaan bibir sumbing.
“Memang kasus sumbing lumayan banyak dan itu terlihat nyata sekali karena langsung berhadapan kita melihat bibirnya tidak nyambung atau suaranya tidak bagus atau sengal. Beda dengan kelainan yang lain misal hipospadia, kelainan di saluran kencing, gak akan terlihat sampai dewasa. Karena kan tertutup, gak kelihatan,” jelasnya.
Hal itulah yang menurutnya menjadi pekerjaan rumah yang berat namun harus tetap diperjuangkan. Seperti halnya stunting, penyakit bibir sumbing juga disebabkan kurangnya asupan gizi sejak anak-anak berada didalam kandungan. Kondisi ini juga menjadi tantangan yang harus diselesaikan kedepannya.
“Di sini lah pekerjaan kita cukup berat karena secara psikis orangtua langsung ‘aduh anakku kok begini’. Pertama kali pasti takut akhirnya saling menyalahkan,” pungkasnya.
(Sigit Nugroho)

















