Petani membajak sawah menggunakan tenaga kerbau di Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (7/12). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), indeks nilai tukar petani (NTP) nasional per November 2016 mencapai 101,31 atau turun 0,4 persen dibandingkan NTP Oktober. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/kye/16.

Purwokerto, Aktual.com – Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ropiudin mengingatkan perlunya meningkatkan teknologi pertanian modern berbasis energi terbarukan guna mendorong produktivitas.

“Sangat penting mengakselerasi teknologi pertanian modern berbasis energi terbarukan untuk meningkatkan produksi pertanian,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (28/6).

Peneliti senior laboratorium teknik sistem termal dan energi terbarukan Unsoed tersebut menambahkan, akselerasi teknologi pertanian modern berbasis energi terbarukan juga diperlukan agar ketahanan energi dan ketahanan pangan dapat berjalan beriringan.

“Terutama untuk meningkatkan daya saing di era revolusi industri sekaligus menggapai Indonesia emas 2045,” katanya.

Dia mencontohkan, penerapan teknologi berbasis energi terbarukan dapat diaplikasikan pada sektor pertanian saat musim kemarau atau musim tanam ketiga.

“Saat kemarau ketersediaan air irigasi berpotensi mengalami penurunan seiring menurunnya potensi hujan. Dengan demikian, kemarau yang merupakan siklus tahunan di negara tropis merupakan peluang dan tantangan dalam mengakselerasi teknologi pertanian modern berbasis energi terbarukan,” katanya.

Menurut dia, energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan irigasi saat musim kemarau.

Dia memberi contoh bahwa energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa dengan tenaga angin.

“Contohnya pompa air tenaga angin sangat efektif untuk pengairan sawah. Pompa air tenaga angin berarti kincir angin langsung digunakan untuk menggerakkan pompa, tidak melalui listrik sehingga sangat efektif. Pompa ini akan bekerja untuk mengangkat air yang diperlukan pada lahan pertanian,” katanya.

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa ketersediaan sumber energi terbarukan dapat berbeda-beda pada tiap lokasi.

“Misalkan di lokasi pertanian pantai tentu berbeda dengan wilayah pegunungan. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan pertanian saat musim kemarau, dapat menggunakan energi terbarukan yang tersedia pada lokasi setempat,” katanya.

Dia juga mengatakan energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian antara lain tenaga surya, angin, biogas, energi mikro hidro dan briket biomassa yang tersedia di wilayah perdesaan.

“Sumber energi ini yang dapat membantu meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani. Contoh, limbah di pabrik gula bisa digunakan untuk menghasilkan energi panas tambahan. Sementara limbah basah seperti kotoran ternak, buah, dan kulit tanaman yang tidak terpakai atau bubur dari sisa produksi bisa digunakan untuk produksi biogas,” katanya. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin