Jakarta, Aktual.co — Pengamat Ekonomi Enny Sri Hartati mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp13.000 penyebab utamanya adalah fundamantal ekonomi Indonesia yang dangkal, ditambah kebutuhan impor tinggi bahan modal pembangunan semakin meningkat.
“Penyebab utama rupiah tembus ke level Rp13.000 adalah fundamental ekonomi Indonesia yang lemah. Belum lagi terkait persoalan APBNP 2015 yang telah disetujui mengutamakan dan menggenjot pembangunan infrastuktur tidak memberikan stimulus yang positif,” ujar Enny kepada Aktual, Kamis (5/3).
Disatu sisi, lanjutnya, pemerintah ingin meningkatkan pembangunan yang pada akhirnya berdampak pada impor bahan-bahan modal.
“Dari awal kami sudah peringatkan pemerintah bahwa belanja negara harus direncanakan secara matang, jangan sampai berimplikasi pada defisit neraca perdagangan hingga pelemahan nilai tukar rupiah,” jelasnya.
Salah satu keuntungan melemahnya nilai tukar rupiah dimanfaatkan untuk menggenjot komoditas ekspor. Namun tidak serta merta komoditas ekspor dapat mencapai target 300 persen. Pasalnya, serapan market global masih lemah, komoditas ekspor masih lemah, sedangkan target 300 persen tidak mungkin dalam jangka dekat.
“Melemahnya kurs rupiah juga akibat ketergantungan industri pada bahan baku impor. Karena kurs melemah, maka Industri dalam negeri tidak mampu bersaing. Padahal sekarang ada peningkatan impor luar biasa. Bukan hanya pemerintah, pihak swastapun tiap awal tahun pada siklusnya banyak melakukan impor untuk kebutuhan ekspansi perusahaan seperti mesin dsb,” terangnya.
Menurutnya, kebutuhan impor meningkatkan permintaan dan kebutuhan valas dalam negeri. Kendalanya, harga dan komoditas barang industri akan menjadi tidak kompetetitif. Bayangkan jika BI rate naik bersamaan dengan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga, rupiah bisa terpuruk lebih dalam.
“Sekarang ini yang terpenting adalah melakukan substitusi dan mengendalikan impor sehingga pelemahan rupiah tidak terus berlanjut,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















