Jakarta, Aktual.com– Karomah merupakan suatu perkara yang diberikan Allah SWT kepada hambanya yang istiqomah dan selalu bertakwa. Karamah juga biasanya diberikan pada perkara-perkara yang tidak masuk akal atau berada di luar logika manusia.
Karamah yang dimiliki Khair an-Nassaj termasuk karamah yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Abu Nu’aim al-Ashfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Asfiya’ menceritakan kisah dari Khair an-Nassaj dari sebuah riwayat yang bersumber dari al-Hasan al-Ja’far, dan ia mendapatkan dari Abdullah bin Ibrahim al-Jurairi, kisahnya sebagai berikut:
Suatu ketika Abu al-Khair ad-Dailami berkata, “ketika aku sedang duduk dengan Khair an-Nassaj. Ada seorang wanita yang menemuinya,”
Wanita tersebut berkata, “berikanlah kerudung yang aku titipkan kepadamu,”
“Baik,” jawab an-Nassaj dengan singkat.
Kemudian an-Nassaj memberikan kerudung itu kepada sang wanita yang menemuinya. Dan sang wanita itu bertanya, “berapa harganya?”
“Dua dirham,” jawab an-Nassaj.
“Pada saat ini, aku tidak mempunyai apa-apa. aku juga telah mendatangimu berkali-kali, akan tetapi aku tidak pernah melihatmu. Besok Insya Allah aku akan kembali untuk memberikan bayarannya kepadamu,” ucap wanita itu.
“Jika kamu datang ke sini dengan membawa bayaran tersebut, tapi kamu tidak bertemu denganku, maka lemparkanlah bayaran tersebut ke sungai Dijlah. Jika aku sudah kembali, aku akan mengambilnya,” ujar an-Nassaj.
“Bagaimana kamu mengambilnya dari sungai Dijlah?” tanya wanita itu sambil terheran-heran.
“Kamu tidak perlu terlalu banyak bertanya, lakukanlah apa yang aku perintahkan,” jawab an-Nassaj.
Keesokan harinya, Abu Khair ad-Dailami datang kembali untuk bertemu dengan an-Nassaj. Akan tetapi, ia sudah pergi. Selang beberapa lama, datanglah seorang wanita yang masih memiliki tanggungan dengan Khair an-Nassaj dengan membawa sobekan kain yang berisi dua dirham.
Selanjutnya, ia melemparkan sobekan kain tersebut ke sungai sesuai dengan perintah yang diberikan an-Nassaj kepadanya. Tak lama setelah kain dilempar, datanglah seekor kepiting yang menyeret kain tersebut lalu menyelam lagi ke dalam sungai.
Tak lama setelah kejadian tersebut, datanglah an-Nassaj untuk membuka pintu tokonya. Setelah itu, beliau duduk dan mengambil wudhu di sungai Dijlah. Lalu ada seekor kepiting yang keluar dari dalam air dan menuju pada dirinya dengan sepotong kain di atas cangkangnya. An-Nassaj pun mengambil potongan kain tersebut.
Abu Khair ad-Dailamy yang melihat kejadian tersebut kaget, beliau lalu menghampiri an-Nassaj dan berkata, “aku melihat kamu begini dan begitu,” yaitu melihat karamah dari an-Nassaj.
An-Nassaj lalu berkata kepadanya, “jangan kau ceritakan kepada siapapun selama aku masih hidup.”
“Baik,” jawab ad-Dailamy.
Itulah salah satu karamah yang dimiliki oleh hamba Allah SWT yang sholeh. Mereka tidak ingin karamah yang diberikan kepadanya diketahui oleh khalayak umum, sebab jika diketahui oleh khalayak umum akan memberikan dampak bagi kerusakan pada hatinya, sehingga dirinya bisa jatuh ke dalam lubang kehinaan.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra