Jakarta, Aktual.com– Bulan Zulhijjah merupakan salah satu dari ke-empat bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di dalamnya terdapat beberapa nama hari yaitu hari tarwiyah, hari ‘arafah dan hari nahr.
Namun dari hari-hari tersebut, apa alasan dibalik penamaan hari tarwiyah, hari ‘arafah dan hari nahr dan bagaimana sejarahnya?
Hari Tarwiyah
Syekh Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab tafsir Marah Labid mengutip sebuah riwayat bahwa pada malam hari Tarwiyah atau tanggal 8 bulan Zulhijjah, Nabi Ibrahim as bermimpi, seakan-akan ada yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk menyembelih anakmu ini.”
Setelah bangung dari tidurnya, dari pagi sampai sore ia merenungi kejadian tersebut, apakah itu dari Allah atau dari setan. Dari perenungan inilah, tanggal 8 Zulhijjah dinamakan hari Tarwiyah, yang berarti perenungan.
Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Nabi Adam as diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika Ia membangun, Ia berpikir dan berkata,
“Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah subhânahu wata’âlâ menjawab: ‘Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tahwafmu.’ Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini’. Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan thawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).”
Hari Arafah
Syekh Nawawi melanjutkan pembahasannya beliau berkata bahwa pada malam 9 Zulhijjah, Nabi Ibrahim as bermimpi lagi (sama dengan mimpi yang sebelumnya), kemudian Ia yakin bahwa mimpi itu datang dari Allah SWT.
Hari saat Nabi Ibrahim as mengetahui ini menjadi alasan kenapa tanggal 9 Zulhijjah dinamakan hari arafah. Karena diambil dari kata ‘Arafa yang artinya telah mengetahui atau yakin.
Adapun pendapat yang lain mengatakan bahwa pada hari itu merupakan momentum dipertemukannya dua pasangan suami istri yang sudah bersama dalam surga kemudian diusir ke dunia, dan akhirnya oleh Allah pada hari itu dipertemukan di tanah Arafah, Makkah, yaitu pertemuan Nabi Adam ‘alaihissalâm dengan Sayyidah Hawa. Dengan pertemuan itu, keduanya menjadi tahu (‘Arafa) antara satu dengan lainnya.
Hari Nahr
Pada penjelasan terakhirnya Syekh Nawawi al-Jawi menerangkan bahwa pada malam ketiga yaitu 10 Zulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi untuk ketiga kalinya dan mimpi itu persis seperti mimpi sebelum-sebelumnya. Pada akhirnya Beliau bertekad untuk menyembeli putranya.
Maka pada hari ketika Nabi Ibrahim as bertekad untuk menyembelih putranya dinamakan hari Nahr, yang memiliki arti hari penyembelihan.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra