Yudi Latif
Yudi Latif

Kewajiban pertama seorang pemimpin adalah mawas diri. Konfusius berkata, ”Apa yang kuharap dari anakku, sudahkah kuberikan teladan baginya? Apa yang kuharap dari rakyatku, sudahkah kupenuhi harapan mereka?”

Senada dengan itu, Sayyidina Ali berpesan pada Malik al-Asytar, walinya di Mesir, ”Barangsiapa diangkat atau mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaklah ia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya dentgn cara memperbaiki tingkah lakukanya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lidahnya. Orang yang menjadi pendidik dirinya sendiri lebih patut dihormati daripada yang mengajari orang lain.”

Orang yang sadar dirinya akan memahami Tuhannya. Orang yang memahami Tuhannya akan merefleksikan kerendahhatian dalam ketakterhinggan kasih-Nya: semakin besar bukan kian bahaya bagi yang lain, malahan memberi ruang hidup bagi sgala keragaman yang ada. Seperti keluasan langit yang mampu memberi ruang bagi matahari, bulan, bintang, dan planet lainnya. Seperti ketinggian gunung yang bisa memberi ruang tumbuh bagi aneka pepohonan.

Orang yang memahami Tuhannya juga akan menyadari keterbatasan dirinya. Adapun orang yang memahami keterbatasannya akan giat belajar dan menghargai kehadiran yang lain dlm rangka menggosok batu permata dirinya. Bahwa manusia senantiasa dtlm proses menjadi dengan memandang setiap momen sebagai kebaruan yang harus diisi dengyn belajar dan bekerja untuk menyempurnakan diri.

Konfusius mengatakan, tujuan hidup manusia adalah belajar dan terus belajar untuk menjadi “manusia seumur hidup”. Caranya? Jika pisau diasah dengan batu, maka manusia harus diasah oleh sesama manusia. Berkata pula Imam Syafi’i, ”Berangkatlah, niscaya engkau mendapatkan ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusah-payahlah, sebab kenikmatan hidup hanya ada dalam kerja keras.” Lao Tzu menambahkan, perjalanan ribuan kilometer dimulai dengan langkah pertama.

Lewat kearifan Timur, manusia disadarkan bahwa jalan keimanan, jalan kemanusiaan, jalan kepemimpinan dan jalan produktivitas dimulai dari upaya pengenalan dan penempaan diri sendiri. Untuk mengenali kedirian sejati, orang harus mampu menembus selubung ego dan penampakkan lahiriyah menuju penemuan substansi di ulu kesadaran terluhur.

(Yudi Latif)