Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com – Di dalam diri Manusia terdapat sifat-sifat yang harus dihilangkan salah satunya sifat tamak. Tamak merupakan sifat yang melekat pada seorang yang selalu cenderung dan ketergantungan kepada selain Allah SWT.

Menurut sebagian ulama Tamak adalah salah satu sifat nafsu yang merupakan pokok kehinaan di hadapan makhluk, sekaligus sumber segala yang menafikan kekuatan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَآ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ ٱلْأَعَزُّ مِنْهَا ٱلْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. al-Munafiqun: 8)

Ayat diatas menyebutkan bahwa segala kekuatan itu hanyalah milik Allah. Tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengalahkan kekuatan Allah, begitu juga dengan sifat tamak.

Syekh Ibnu ‘Athoillah as-Sakandari dalam al-hikamnya menyebutkan bahwa tamak merupakan benih-benih dari kehinaan:

 ما بسقت أغصان ذل إلا على بذر طمع

“Tak akan tumbuh dahan-dahan kehinaan kecuali dari benih-benih ketamakan.”

Sebab tamak disebut sebagai benih-benih kehinaan, karena tamak memalingkan perhatian dari ketergantungan, kepercayaan, penyandaran, dan kepasrahan diri kepada Allah terhadap kehinaan di hadapan makhluk dan keyakinan bahwa mereka dapat memberi manfaat kepadanya.

Di dalam ketamakan terdapat empat kehinaan dari berbagai sudut pandang, yaitu:

Pertama, menunjukkan keraguannya terhadap kekuatan Allah yang menjadi tempat bergantungnya semua perkara yang diberi kekuatan.

Kedua, menunjukkan sikap cari muka di hadapan pihak yang diharapkan.

Ketiga, merasa rendah dan hina ketika meminta.

Keempat, merendahkan derajat wajahnya ketika berhadapan dengan pihak yang diminta.

Kemudian salah seorang syekh yang bernama Syekh Abu al-Hasan al-Warraq berkata bahwa siapa saja yang dalam dirinya merasa cinta kepada dunia. Maka sejatinya dia telah membunuh dirinya itu dengan pedang ketamakan. Siapa saja yang tamak kepada sesuatu, maka sesuatu itu akan menghinakan dirinya. Akibat kehinaannya itu, akhirnya dia akan celaka.

Selanjutnya, Syekh Ibn ‘Athoillah berkata, “Memastikan sifat warak dari dirimu lebih mudah daripada menemukan sifat yang lain dan membersihkan sifat tamak terhadap makhluk. Sebab, andai orang tamak membersihkan sifat tamaknya dengan tujuh samudera, pasti dia tidak akan mampu melakukannya kecuali mereka akan putus asa dan perhatian mereka akan terangkat.”

Itulah sifat tamak yang harus kita jauhi. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa tamak merupakan benih dari kehinaan. Semoga kita bisa membersihkan hati dari sifat tamak ini.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra