Jakarta, Aktual.com – Ilmu yang Allah SWT turunkan kepada makhluknya itu banyak sekali sehingga tidak akan manusia satupun yang mampu meneguk seluruh ilmu Allah. Saking banyaknya, Ilmu yang dimiliki Allah diibaratkan samudra sedangkan ilmu yang kita miliki ini tidak lebih dari setetes air yang ada di samudra tersebut.
Syekh Abdul Qodir al-Jailani Qaddasallahu sirrahu telah membagi ilmu menjadi tiga golongan yaitu untuk golongan awam, golongan khawas dan yang terakhir untuk golongan khawasul khawas. Dari ketiga golongan ini, beliau membagi lagi manjadi empat bagian yaitu:
Pertama, Syariat
Dalam bagian pertama ini, beliau mengambarkan bahwa ilmu syariat yaitu ilmu yang berkaitan tentang peraturan lahiriah seperti larangan dan perintah serta hukum-hukum lainnya. Kemudian beliau mengibaratkan syariat ini sebagai pohon.
Selanjutnya, beliau menerangkan bahwa hawa nafsu akan selalu menggoda saat seseorang yang masih berada di bagian ini untuk melakukan hal-hal yang berlawanan dengan syariat.
Kedua, Tarekat
Bagian kedua, beliau menjelaskan bahwa tarekat adalah bentuk dari syariat batiniah. Di dalam syariat batiniah ini, kita akan diperintahkan untuk senantiasa menjaga hati dari melakukan dosa-dosa yang berkaitan dengan batiniah. Seperti hasad, iri dan lain-lainnya.
Disisi lain, godaan yang akan menimpa seseorang yang telah sampai ke bagian ini yaitu ia akan digoda oleh hawa nafsu dengan godaan untuk melakukan sesuatu yang sesuai syariat tapi menipu, seperti mengaku wali atau bahkan nabi. Tarekat ini digambarkan oleh Syekh Abdul Qodir sebagai cabang dari sebuah pohon.
Ketiga, Ma’rifat
Ketika seseorang telah sampai di bagian ini. ia harus melakukan tarekat batiniah yaitu harus berusaha dengan sekuat tenaga meninggalkan hawa nafsu yang merusak hatinya. Beliau mengibaratkan Ma’rifat ini sebagai daunnya.
Di posisi ini, ia akan digoda oleh hawa nafsu dengan syirik khafi dari bangsa cahaya, cahaya tersebut akan mengaku sebagai tuhan. Hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. al-Jasyiah: 23)
Keempat, Hakikat
Inilah bagian terakhir dari cabang-cabang ilmu. Dari semua bagian yang telah disebutkan hakikat merupakan buah dari ilmu-ilmu yang dicari tersebut. Syekh Abdul Qodir al-Jailani menjelaskan bahwa hakikat merupakan batiniah dari batin, artinya lebih dalam dari batin tersebut.
Kemudian seseorang yang telah sampai pada hakikat, nafsu, setan, bahkan malaikat tidak dapat masuk kedalamnya. Karena, selain Allah SWT semua akan terbakar. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
“Demi kemulian-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (QS. Shad: 82-83)
Pada intinya dari semua tingkatan-tingkatan ilmu ini, setiap hamba disuruh menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan serta melawan hawa nafsu di setiap tingkatan empat ilmu ini.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnin)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra