Dr. Buya Ar-Razi Hasyim

Jakarta, Aktual.com – Khadim Ribath Nuroniyah, Dr. Buya Ar-Razi Hasyim menjelaskan bahwa tidak semua wali memiliki kasyaf atau tersingkapnya segala hal yang bersifat gaib.

Pakar hadits asal Sumatra barat ini mengungkapkan bahwa banyak orang yang berpikir wali-wali Allah itu mesti memiliki kasyaf, padahal tidak demikian.

“Apakah salah satu ciri wali itu sakti dan kasyaf? Iya, tapi tidak selalu wali itu kasyaf dan sakti,” ungkap beliau.

Kemudian beliau menjelaskan bahwa ada beberapa pembagian kasyaf akan tetapi pemiliknya tidak digolongkan menjadi seorang wali. Pertama adalah kasyaf Hissi yaitu kasyaf yang terbuka secara empikir.

“Kasyaf hissi itu sebagai contoh, panca indra yang terbuka. Kemudian saya bisa melihat teman-teman secara fisik. Agak canggih sedikit disebut indigo yaitu orang yang telah masuk ke alam khayali dan imajinatif akan tetapi tidak digolongkan sebagai wali,” ujar Buya Arrazi.

Buya Arrazi melanjutkan pembagian kasyaf yang kedua yaitu kasyaf aqli, orang yang terbuka pikirannya dan Ia sanggup memikirkan sesuatu yang tidak sanggup dipikirkan orang-orang biasa.

“Kasyaf aqli ini terdapat pada professor, ahli-ahli agama yang mampu berbicara hal-hal yang berat. Mampu membahasakan yang berat menjadi ringan. Apakah hal ini pertanda wali? Belum tentu,” kata Beliau.

Selanjutnya Beliau mengungkapkan bahwa kasyaf yang ketiga ini disebut sebagai kasyafnya para wali, yaitu kasyaf qolbu. Kasyaf yang pelakunya bisa membaca segala hal dengan batin, ruh dan menjadi perangkat kewalian.

“Kasyaf qolbu ini yang menjadi perangkat kewalian, karena Allah SWT itu memandang ke dalam qolbu dan ruh. Baru kasyaf ini adalah kasyaf kebenaran,” ungkap murid Prof Musthafa ‘Ali Ya’qub ini.

Terakhir dari beberapa penjelasan kasyaf ini, beliau mengutip perkataan Imam Athaillah bahwa kesaktian bukan tanda dari kesempurnaan kewalian, akan tetapi kesempurnaan yang sebenarnya adalah istiqomah.

“Kesaktian bukanlah pertanda kesempurnaan kewalian, kesempurnaan kewalian itu ada pada kesempurnaan orang yang istiqomah, yaitu orang yang senantiasa melakukan sesuatu meskipun tidak tepat waktu tapi ia menambalnya di waktu-waktu yang lain,” tutup Beliau.

Sumber Youtube Cafe Rumi Jakarta

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra