Ilustrasi- Abu Yazid Al-Bustomi

Jakarta, Aktual.com– Terkadang kita sering merasa sombong dan merasa paling hebat di antara orang lain yang ibadahnya tidak lebih banyak dari diri kita. Bahkan, sering kita menganggap remeh terhadap pelaku maksiat.

Padahal, belum tentu pelaku maksiat tersebut senantiasa bermaksiat selama hidupnya. Bisa saja, diakhir hidupnya ia bertaubat kepada Allah sehingga Allah menghapuskan dosa-dosanya dan menerima taubatnya.

Hal ini pernah terjadi pada sosok sufi besar yaitu Abu Yazid al-Bustomi. Suatu ketika Ia pernah bermunajat kepada Allah SWT. Dalam munajatnya, Abu Yazid bertanya kepada Allah:

“Ya Allah, siapa orang yang akan menemaniku di surga nanti?”

Pada suatu malam selesai bertanya kepada Allah, ia mendapatkan jawaban melalui mimpi bahwa orang yang akan menemani dirinya nanti tinggal di suatu daerah.

Tidak menunggu waktu lama, Abu Yazid langsung mencari sosok tersebut. Jarak yang ia tempuh sangatlah jauh, beberapa ratus kilometer.

Ketika bertemu dengan orang yang dimaksud, Abu Yazid merasa bahwa mimpinya itu keliru. Sebab orang tersebut sedang berada di tempat maksiat.

“Sepertinya, mimpi yang aku alami keliru. Tidak mungkin orang yang menemaniku di surga nanti adalah orang yang suka berada di tempat maksiat seperti ini,” gumam Abu Yazid.

Saat akan pergi meninggalkan tempat itu, ia mendengar seseorang memanggil dirinya.

“Hai Syekh, engkau mencariku sudah sejauh ratusan kilometer, setelah datang kenapa ingin pergi? Ini aku yang akan menemani dirimu di surga nanti,” kata orang tersebut.

Abu Yazid terheran-heran, karena ia tau tujuan kedatangan dirinya ke kota tersebut.

“Dari mana kamu tau aku mencari seseorang yang menemaniku di surga?” tanya Abu Yazid.

“Aku diberi tahu oleh Allah SWT, aku lihat dirimu kaget?” jawabnya.

“Bagaimana aku tidak merasa kaget. Karena seorang wali tidak pantas berada di tempat seperti ini,” jawab aku yazid.

“Tidak semua wali itu senantiasa beribadah seperti dirimu. Aku senantiasa ke tempat seperti ini karena ingin membimbing mereka. Bagaimana aku bisa membimbing kalau tidak langsung bergaul dengan mereka?”

“Kalau mau mengajari mereka, aku harus bergaul dengan mereka. Bukan justru menjelek-jelekkan. Bagaimanapun itu, mereka ini manusia yang memiliki potensi menjadi lebih baik,” lanjutnya.

Abu Yazid menyadari apa yang salama ini ia pikirkan salah. Dan ia bertaubat atas tindakannya itu.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra