Jakarta, Aktual.com– Suatu benda bisa menjadi mulia disebabkan dengan adanya benda lain yang mulai berada padanya. Seperti manusia, ia bisa menjadi lebih mulia disebabkan al-Quran yang telah ia hafal sehingga di dalam hatinya tertanam ayat-ayat Allah SWT yang mulia tersebut.
Penghafal al-Quran juga dianggap sebagai keluarga Allah SWT, begitu mulainya manusia jika disandingkan dengan al-Quran. Sebagaimana sabda Nabi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ» قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki keluarga dari kalangan manusia. Ditanyakan kepada Nabi, siapakah gerangan , wahai Rasul ? Nabi bersabda: Ahli Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya.” (HR. Ad-Darimi)
Oleh sebab itu, seorang yang hafal al-Quran diharuskan memiliki etika-etika yang mulia. Untuk itu, beriku merupakan etika dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang penghafal al-Quran:
Pertama, Seorang penghafal al-Quran harus memiliki perangai dan akhlak yang sempurna.
Artinya, seorang penghafal al-Quran harus mencerminkan akhlak al-Quran. Untuk menghiasi diri dengan akhlak al-Quran seorang penghafal harus mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW. Karena, Nabi Muhammad merupakan cerminan dari al-Quran.
Kedua, Harus meninggalkan setiap sesuatu yang dilarang al-Quran karena untuk memuliakan al-Quran.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh menganjurkan kepada seorang penghafal al-Quran untuk menjaga sikapnya, sebab ia diibaratkan sebagai pembawa bendera Islam, ia berkata:
حامل القرآن حامل راية الإسلام لا ينبغي أن يلهو مع من يلهو ولا يسهو مع من يسهو ولا يلغو مع من يلغو تعظيما لحق القرآن
“Para penghafal Al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam, tidak patut dia bermain bersama orang yang bermain dan lupa bersama orang yang lupa, serta tidak berbicara yang sia-sia orang lain karena untuk mengagungkan Al-Qur’an”.
Ketiga, Seorang penghafal al-Quran tidak boleh menjatuhkan dirinya pada pekerjaan yang hina.
Keempat, seorang penghafal al-Quran haruslah berjiwa mulia.
Artinya ia harus memiliki jiwa yang bersih dari segala prasangka buruk kepada orang lain, menjaga lisan dan perbuatannya.
Kelima, seorang penghafal al-Quran harus memiliki sikap tawadhu’ kepada orang-orang shaleh, orang baik dan orang-orang miskin.
Itulah etika-etika penting yang harus terdapat pada penghafal al-Quran. Walaupun kita bukanlah penghafal al-Quran. Akan tetapi, sebaiknya kita juga senantiasa mengamalkan etika-etika di atas.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra