Jakarta, Aktual.com– Al-Khauf dan al-khasyyah secara bahasa memiliki arti yang sama yaitu takut. Akan tetapi, secara definisi keduanya justru memiliki perbedaan yang cukup jauh. Al-Khasyyah memiliki definisi yang lebih khusus daripada al-khauf, sebagai berikut:

خافه بتعظيم ومهابة

“Takut pada sesuatu yang disertai dengan mengagungkan dan pengaruh kewibaan,”

Penggunaan lafaz al-Khasyyah di dalam al-Quran terdapat sebanyak 6 kali, yaitu pada ayat-ayat sebagai berikut:

Pertama, Surat al-Baqarah ayat 74

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ  ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 74)

Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa al-Khasyyah disandarkan dengan lafaz Allah. Rasa takut pada ayat di atas digambarkan dengan perubahan batu yang awalnya kering sampai mampu memancarkan mata air karena rasa takut tersebut.

Kesimpulannya, al-Khasyyah pada ayat di atas dimaknai dengan rasa takut yang murni kepada Allah SWT sehingga tidak berani membantahnya.

Kedua, Surat an-Nisa ayat 77

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ  لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا

“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ”Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?”  Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” (QS. An-Nisa: 77)

Pada ayat di atas, al-Khasyyah dikaitkan dengan sesuatu yang dianggap lebih agung. Orang munafik dijelaskan bahwa ketika mereka diajak untuk berjihad melawan musuh-musuh Allah SWT. Menolak dan enggan untuk berjihad karena rasa takut mereka kepada manusia setara dengan rasa takut mereka kepada Allah.

Ketiga, Al-Isra’ ayat 31

وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31)

Kemudian, al-Khasyyah pada ayat di atas, disandarkan kepada sesuatu yang dianggap lebih penting di masa depan yang tidak sanggup mereka bayangkan. Akan tetapi, Allah SWT mengisyaratkan pada ayat tersebut untuk mengalihkan rasa takutnya hanya kepada Allah SWT yang Maha Pemberi Rezeki.

Keempat, Al-Isra ayat 100

قُلْ لَّوْ اَنْتُمْ تَمْلِكُوْنَ خَزَاۤىِٕنَ رَحْمَةِ رَبِّيْٓ اِذًا لَّاَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْاِنْفَاقِۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ قَتُوْرًا

“Katakanlah (Muhammad), ‘Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.’ Dan manusia itu memang sangat kikir.” (QS. Al-Isra: 100)

Ayat di atas serupa maknanya dengan ayat sebelumnya yaitu hendaknya seorang hamba mengalihkan rasa takut tersebut hanya kepada Allah.

Kelima, Al-Mukminun ayat 57

اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ

“Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati,” (QS. Al-Mukminun: 57)

Al-Khasyyah pada ayat di atas disandarkan kepada kekuasaan Allah SWT sehingga pengertiannya sama dengan apa yang telah diungkapkan pengertian al-khasyyah secara definisinya yaitu takut yang disertai dengan rasa mengagungkan dan pengaruh kewibaan.

Keenam, Al-Hasyr ayat 21

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)

Al-Khasyyah pada ayat di atas juga disandarkan kepada Allah SWT. Rasa takut itu digambarkan dengan takutnya sebuah gunung apabila diberikan beban tanggung jawab dengan diturunkannya al-Quran kepada gunung tersebut.

Itulah makna-makna al-Khasyyah yang terdapat dalam al-Quran.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra