Berlin, Aktual.com – Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer pada Senin (9/8) menolak seruan agar tentaranya kembali ke Afghanistan setelah gerilyawan Taliban merebut kota Kunduz di mana pasukan Jerman dikerahkan selama satu dekade.

Jerman memiliki kontingen militer terbesar kedua di Afghanistan setelah Amerika Serikat. Di Kunduz, mereka kehilangan lebih banyak pasukan dalam pertempuran daripada di tempat lain sejak Perang Dunia II.

Taliban menyerbu tiga ibu kota provinsi termasuk Kunduz pada akhir pekan sejak pasukan asing mulai menarik diri dari Afghanistan.

“Laporan dari Kunduz dan dari seluruh Afghanistan sangat pahit dan menyakitkan,” kata Kramp-Karrenbauer di Twitter.

“Apakah masyarakat dan parlemen siap untuk mengirim pasukan bersenjata ke dalam sebuah perang dan tetap di sana setidaknya selama satu generasi? Jika tidak, maka penarikan bersama dengan para mitra tetap merupakan keputusan yang tepat.”

Beberapa politisi di dalam partai konservatif Jerman menginginkan pasukan mereka berpartisipasi melawan Taliban, tetapi Kramp-Karrenbauer mengatakan memerangi mereka akan membutuhkan upaya yang panjang dan keras.

Sejak AS mengumumkan rencana pada April untuk menarik pasukan pada 11 September, aliansi NATO mengikuti langkah AS tersebut.

Sementara itu, kekerasan meningkat ketika Taliban merebut beberapa wilayah di Afghanistan.

Kramp-Karrenbauer menyalahkan mantan Presiden AS Donald Trump karena merusak operasi Afghanistan, meskipun penggantinya, Joe Biden, yang menerapkan kebijakan penarikan.

“Kesepakatan yang tidak menguntungkan antara Trump dengan Taliban adalah awal dari sebuah akhir,” katanya tentang kesepakatan yang dibuat Trump dengan Taliban pada tahun 2020 agar pasukan AS pergi dari Afghanistan. (Reuters)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin