Ilustrasi- Macam Macam Hadits

Jakarta, Aktual.com– Dalam setiap disiplin ilmu-ilmu Islam, terdapat pengertian berbeda-beda yang diberikan oleh para ulama. Salah satunya adalah pengertian dari as-Sunnah.

Menurut Ahli Hadits, as-Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat fisik maupun akhlak beliau, serta sejarah perjalanan hidup beliau, baik sebelum diutus menjadi Rasul maupun sesudahnya.

كل ما أثر عن الرسول صلى الله عليه وسلم  من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة سواء أكان ذلك قبل البعثة

“Segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat fisik maupun akhlak beliau, serta sejarah perjalanan hidup beliau, baik sebelum diutus menjadi Rasul maupun sesudahnya.”

Dari definisi di atas, as-Sunnah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Pertama, Sunnah Qauliyah

Yaitu hadits-hadits Rasulullah SAW yang disabdakan beliau untuk berbagai tujuan dan sebab, misalnya hadits tentang akidah, syariat, akhlak, dan lain-lain. Contohnya,

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ

Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Dawud)

Kedua, Sunnah Fi’liyah

Yaitu perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW yang telah diberitakan kepada kita oleh para sahabat. Sunnah Fi’liyah ini bisa berupa penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syariat yang belum jelas tata cara pelaksanaannya seperti tata cara wudhu, shalat maupun ibadah haji. contohnya,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ

Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat di atas tunggangannya menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, Sunnah Taqririyah

Yaitu segala sesuatu yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW terhadap perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh sahabat, baik dengan cara diam, tidak mengingkari, menyetujui, menganggap baik ataupun meneguhkan perkataan dan perbuatan sahabat.

Segala perkataan dan perbuatan sahabat yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW ini hukumnya sama dengan perkataan ataupun perbuatan yang dilakukan oleh beliau sendiri. Contohnya,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَتْهُمَا الصَّلَاةُ وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا فَصَلَّيَا ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ بَعْدُ فِي الْوَقْتِ فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ بِوُضُوءٍ وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ أَصَبْتَ السُّنَّةَ وَأَجْزَتْكَ صَلَاتُكَ وَقَالَ لِلَّذِي تَوَضَّأَ وَأَعَادَ لَكَ الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ

Dari Abu Sa’id Al Khudri radliallahu ‘anhu ia berkata: “Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: ‘Kamu sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup’. Dan beliau juga berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: ‘Bagimu pahala dua kali’ “. (HR. ad-Darimi).

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra