Jakarta, Aktual.com– Tamak merupakan salah satu sifat kehinaan yang senantiasa ada dalam diri manusia bahkan sulit untuk dihilangkan, tamak sekaligus sumber segala yang menafikan kekuatan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَآ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ ٱلْأَعَزُّ مِنْهَا ٱلْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka berkata: ‘Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya’. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahu.” (QS. Al-Munafiqun: 8)
Tamak sendiri menurut sebagian ulama adalah sifat yang menafikan keimanan dan mencederai penghambaan kepada Allah SWT. Karena tamak memalingkan perhatian dari ketergantungan, kepercayaan, penyandaran dan kepasrahan diri kepada Allah terhadapa kehinaan di hadapan makhluk dan keyakinan bahwa mereka dapat memberi manfaat kepadanya.
Di dalam ketamakan akan menghasilkan kehinaan. Dr. Ashim Ibrahim al-Kayyali mengatakan bahwa kehinaan yang dihasilkan oleh ketamakan terdapat empat faktor, yaitu:
Pertama, menunjukkan keraguannya terhadap Allah yang menjadi tempat bergantungnya semua perkara yang diberi kekuatan;
Kedua, menunjukkan sikap cari muka di hadapan pihak yang diharapkan;
Ketiga, merasa rendah dan hina ketika meminta;
Keempat, merendahkan derajat wajahnya ketika berhadapan dengan pihak yang diminta.
Itulah beberapa faktor yang ada ketika kita melakukan ketamakan dan merendahkan diri di hadapan manusia. Semoga kita senantiasa terhindar dari semua itu.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra