Jakarta, Aktual.com– Dalam thariqah asy-Syadziliyah terdapat sebuah hizb yang sangat terkenal yaitu hizb al-bahr. Hizb al-Bahr sendiri merupakan hizib yang disusun oleh Syekh Abul Hasan Ali bin Abdillah Asy-Syadzili pendiri thariqah Syadziliyah.
Kumpulan doa-doa dan dzikir ini dinamakan “Hizb al-Bahr” karena sebelum disebar luaskan, hizib ini dibiarkan menggenang di laut dan juga dikarenakan di dalam hizib ini disebutkan kata “bahr”. Sebagaimana dalam kitab al-Kunuz an-Nuraniyah:
وسمي حزب البحر لأنه وضع في البحر، ولما ورد فيه من ذكر البحر، ويسمى الحزب الصغير أيضا
“Hizib ini disebut dengan Hizib Bahar (laut) karena hizib ini pernah ditaruh di laut, dan juga karena di dalamnya disebutkan kata al-Bahr. Hizib ini juga dinamakan dengan al-Hizib ash-Shaghir.”
Kemudian dalam kitab al-Kunuz an-Nuraniyah juga Sayid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini menerangkan terkait fadhilah-fadhilah agung jika kita membaca hizb al-bahr ini bahwa jika orang yang sedang takut lalu membacanya maka akan diberikan rasa tenang, jika ia sakit maka akan sembuh, orang yang bersedih akan hilang kesedihannya.
Selanjutnya, jika seseorang membacanya tatkala terbitnya matahari, maka Allah akan mengabulkan doanya, menghilangkan kegelisahannya, mengangkat derajatnya, melapangkan dadanya, dan akan dari gangguan jin dan manusia.
قال عنه الإمام الشاذلي: وهو حزب عظیم القدر ما قرئ على خائف إلا أمن، ولا مريض إلا شفي، ولا على ملهوف إلا زال عنه لهفه، ولو قرئ حزبي هذا على بغداد ما أخذتها التتار، وما قرئ في مكان إلا سلم الآفات وحفظ من العاهات وسميته: (العدة الوافية والجنة الواقية)، فمن قرأه عند طلوع الشمس أجاب الله دعوته وفرج كربته ورفع قدره وشرح صدره وأمن من طوارق الجن والإنس
“Imam Syadzili berkata mengenai hizib ini: ‘Hizib Bahar ini merupakan hizib yang agung derajatnya. Hizib ini tidaklah dibaca pada orang yang sedang takut/khawatir melainkan ia akan aman, pada orang sakit melainkan ia akan sembuh, pada orang yang sedang bersedih kecuali hilang kesedihannya. Kalau saja hizib ini dibaca di tanah Irak tentu tidak akan diekspansi oleh kaum Tar-Tar. Tidaklah hizib ini dibaca di suatu tempat, kecuali akan aman dari mara bahaya dan terjaga dari hama. Aku menamakan hizib ini dengan nama al-‘Iddah al-Wafiyah wa al-Junnah al-Waqiyah. Barangsiapa membaca hizib ini tatkala terbitnya matahari, maka Allah akan mengabulkan doanya, menghilangkan kegelisahannya, mengangkat derajatnya, melapangkan dadanya dan akan aman dari gangguan jin dan manusia’.”
Selain itu, karena keagungan hizib ini. Sayid Mukhlif menambahkan bahwa jika seseorang membaca hizib ini dengan istiqamah maka pandangan orang akan tertuju pada orang yang membacanya akan menyukai, mengagungkan, memuliakan dan masih banyak lagi keagungan-keagungan yang terdapat dalam hizib ini.
ولا يقع عليه نظر أحد من خلق الله تعالى إلا أحبه وأجله وأكرمه ومن قرأه عند الدخول على الجبارين أمنه الله تعالى من شرهم ومكرهم، ومن داوم على قراءته ليلا ونهارا لا يموت لا غریقا ولا حريقا ولا مغتالا وإذا احتبس الريح أو زاد في البحر فقرئ أذهب الله عنهم ما يجدونه بإذن الله تعالى ومن كتبه وعلقه على شيء كان محفوظا بإذن الله تعالى
“Tidaklah pandangan seseorang tertuju pada orang yang membaca hizib ini kecuali akan menyukai, mengagungkan dan memulyakannya. Barangsiapa yang membaca hizib ini tatkala memasuki kaum yang sewenang-wenang maka akan menjadikan dirinya aman dari keburukan dan tipu daya mereka. Orang yang istiqamah membaca hizib ini di malam dan siang hari, maka ia tidak akan mati dalam keadaan tenggelam, terbakar dan hilang. Ketika angin sedang kencang atau bertambah kencang saat di laut, lalu dibacakan hizib ini, maka Allah akan hilangkan angin tersebut dengan seizin-Nya. Barangsiapa yang menulis hizib ini dan menggantungkannya pada suatu benda, maka benda itu akan dijaga dengan izin Allah.”
Walaupun banyaknya faidah yang terdapat dalam hizib tersebut, kita tetap diharuskan untuk tidak menggantungkan segala hal melainkan hanya kepada Allah SWT saja dan juga ketika membacanya dianjurkan untuk yakin bahwa segala hal yang dihajatkan bukan karena hizib yang dibaca melainkan karena Allah SWT berkehendak mengabulkannya, hizib hanya sebagai perantara saja.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra