Jakarta, Aktual.com – Allah SWT memiliki nama-nama yang baik atau biasa disebut sebagai Asmaul Husna. Salah satu dari Asmaul Husna itu adalah Asy-Syakir dan Asy-Syakur. Allah SWT berfiman:

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158).

Menurut Syekh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani Allah SWT adalah Maha Mensyukuri yang tidak pernah menyia-nyiakan usaha orang yang beramal dengan niat semata karena Allah. Dia justri melipatgandakannya, karena Dia tidak menghilangkan pahala orang yang berbuat baik.

Dalam Al-Quran dan Hadits disampaikan bahwa Allah melipatgandakan satu kebaikan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Ini tidak lain karena rasa syukur Allah kepada para hamba. Jadi, siapa yang berbuat baik semata karena Allah, Dia pasti membalas lebih dari itu.

Begitu juga siapa yang meninggalkan maksiat atau menjauhinya semata karena Allah, Dia tentu melipatgandakan kebaikan yang dilakukannya. Seorang Mukmin yang melakukan kebaikan karena mencari ridha Allah SWT maka Dia akan membalasnya dengan memberikan kebaikan dan kemuliaan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terdetak dalam hati manusia.

Semua hal ini dilakukan Allah SWT bukan suatu kewajiban bagi-Nya, namun Dia mewajibkan hal tersebut karena kebaikan dan kemuliaan-Nya. Tidak ada yang mewajibkan Allah untuk melakukan pembalasan amal, sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’: 23)
Dengan kata lain, tidak wajib bagi Allah membalas atau memberi pahala orang yang taat. Begitu juga Allah tidak wajib memberi sanksi pelaku maksiat. Pahala Allah itu tidak lain karena kebaikan-Nya, dan sanksi Allah itu semata berkat keadilan dan kebijakan-Nya.
Itulah makna dan hakikat asmaul husna-Nya Allah SWT.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra