Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Cendekiawan Perempuan Papua, dr. Rosaline Rumaseuw angkat bicara terkait penggunaan Mahkota Cendrawasih sebagai souvenir PON 2021.
Menurutnya, Mahkota Cenderawasih adalah hiasan kepala atau Mahkota yang digunakan oleh seorang raja atau ondoafi.
“Pada masa lalu penggunaan Mahkota ini hanya digunakan oleh seorang Ondoafi atau pemimpin tradisional di wilayah Budaya Tabi atau Dofonsoro. Kala itu untuk menggunakan mahkota ini melalui sebuah ritual atau prosesi adat yang dilakukan dengan aturan adat yang sangat ketat bahkan para penunggu alampun turut menyaksikannya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (2/9).
Rosaline mengatakan, pada saat ini penghormatan terhadap kesakralan mahkota cenderawasih sebagai mahkota raja mulai hilang tergerus oleh arus globalisasi dan tuntutan ekonomi.
“Mahkota ini telah hilang nilai budaya diganti dengan nilai ekonomi. Siapa saja dapat membelinya untuk digunakan pada festival- festival budaya,” ujarnya.
Ia menambahkan, selain menghilangnya nilai budaya Mahkota Cenderawasih, juga nilai konservasi terhadap burung Cenderawasih. Orang Papua di masa lalu, tambahnya, memiliki konsep konservasi sederhana di mana bulu burung Cenderawasih digunakan untuk mahkota raja sehingga bulu burung Cenderawasih tidak buru sembarangan.
“Pada saat ini justru sebaliknya perburuan secara liar terhadap cenderawasih semakin marak. Dasar Hukumnya sudah ada kok, tinggal Ketegasan Gubernur saja, jangan lembek dengan aturan yang dibuat sendiri,” ungkap dokter Perempuan asal Papua itu.
Untuk itu, menurutnya, sangat diperlukan perhatian Pemerintah Derah untuk melakukan penguatan lembaga masyarakat Adat sehingga mereka dapat secara mandiri mengurus hal – hal yang berkaitan dengan adat dan khususnya menjaga lingkungan alam flora dan fauna serta dapat melindungi Burung Cenderawasih dari para pemburu liar.
“Sehingga anak cucu kita tetap dapat melihat burung Cenderawasih terbang bebas di udara tidak hanya medengar cerita tentang Cenderawasih dan melihat gambarnya saja,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi