Jakarta, Aktual.com- Hasan al-Bashri merupakan guru sufi yang berasal dari Basrah, ia memiliki nama lengkap Hasan bin Abu al-Hassan Yassar al-Bashri. Ia lahir di Madinah pada tahun 642 M dan wafat di Bashrah pada tahun 728 M.
Terdapat sebuah kisah menarik tentang dirinya dengan seorang wanita yang ia cintainya sewaktu dirinya masih muda, sebagaimana yang dikisah oleh Abu Nu’aim al-Ashfahani dalam kitab Hilyatul Aulia wa Thabaqat al-Ashfiya. Berikut kisahnya:
Pada suatu hari, ketika Hasan Al-Bashri mulai menginjak masa remajanya, saat ia berjalan menyusuri lorong-lorong pasar untuk mencari sesuatu, pandangan matanya dikejutkan ketika melihat seorang gadis cantik yang sedang berbelanja di salah satu toko. Perlahan tapi pasti, karena merasa kagum dengan gadis cantik itu, Hasan Al-Bashri mulai mendekati sang gadis tersebut.
Namun demikian, bukannya senang, sang gadis justru merasa gelisah saat diperhatikan oleh Hasan Al-Bashr, yang notabene tidak ia kenal. Dengan sesegera mungkin, sang gadis tersebut mulai membereskan barang belanjaannya lalu bergegas meninggalkan pasar.
Melihat sang gadis pergi, Hasan Al-Bashri tidak lantas mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lainnya. Ia justru mulai mengikutinya dari belakang. Di saat yang bersamaan, sang gadis yang merasa sedang diikuti, semakin cepat dalam berjalan.
Di tengah perjalannya, secara tiba-tiba, sang gadis berhenti dan menoleh ke arah belakang menghadap Hasan Al-Bashri seraya berkata, “Maaf, mengapa tuan membuntuti saya?”.
Hasan Al-Bahsri mendengar hal itu kaget. Dahinya mulai bermunculan keringat-keringat karena grogi dan juga ia terbata-bata dalam berucap, Hasan Al-Bashri perlahan mengusap dahinya dan berkata, “Tidak apa-apa, nona.”
“Baik. Kalau begitu, tolong jangan ganggu saya lagi,” kata sang gadis yang kemudian bergegas pergi meninggalkan Hasan Al-Bashri.
Tidak berhenti sampai di situ saja, Hasan Al-Bashri kembali mengikuti langkah sang pujaan hatinya tersebut. Sang gadis yang mengetahui hal itu, kembali menambah kecepatannya dalam berjalan.
Merasa diikuti terus sang gadis jengkel, dan kembali menghentikan langkahnya. Tepat saja, Hasan Al-Bashri sedang berada di belakang gadis tersebut. Perlahan sang gadis mendekati Hasan Al-Bahsri.
“Maaf tuan, apa yang sebenarnya Tuan mau dari saya? Katakanlah kepada saya, mungkin ada yang bisa saya bantu,” ucapnya.
Dan untuk yang kedua kalinya, Hasan Al-Bashri kaget dan hanya terdiam saja. Dengan muka agak kemerehan menahan rasa malu, Hasan Al-Bashri mulai memberanikan dirinya untuk berkata, “Wahai nona, maaf, saya menyukai anda sejak awal saya melihat anda di pasar tadi”.
Sang gadis pun tersentak mendengar pernyataan Hasan Al-Bashri kemudian berkata, “Maaf tuan, kalau boleh tahu, tuan ini siapa ya?”.
Hasan Al-Bashri menjawab, “Saya Hasan Al-Bashri,”
“Apakah yang membuat anda menyukai saya? Sedangkan saya pun tidak mengenali anda sebelumnya,” tanya sang gadis kepada Hasan Al-Bashri.
“Saya menyukai anda sejak awal saya melihat anda. Terlebih dengan kedua bola mata indah yang engkau miliki,” jawab Hasan Al-Bashri sembari merayu.
“Baiklah, saya akan mewujudkan keinginanmu. Datanglah besok pagi-pagi ke rumah saya. Rumah saya ada di ujung desa ini,” pungkas sang gadis dan bergegas pergi meninggalkan Hasan Al-Bashri.
Dengan wajah yang berseri-seri, hati yang dirundung dengan kebahagiaan, Hasan Al-Bashri bergegas kembali ke rumah. Di sepanjang malam, ia selalu membayangkan pesona cantik sang gadis yang ditemui tadi.
Keesokan harinya, merupakan hari-hari yang ditunggu oleh Hasan Al-Bashri akhirnya datang. Ia lantas bersiap-siap mengenakan pakaian yang paling bagus. Dengan penuh keyakinan bahwa sang gadis itu akan membalas cintanya, ia bergegas menuju ke rumah sang gadis tersebut.
Sesampainya di rumah sang gadis, Hasan Al-Bashri disambut dengan ramah oleh pelayan sang gadis. Dipersilahkannya ia untuk duduk sembari sang pelayan menyajikan hidangan di meja.
“Silahkan dinikmati hidangan yang ada di atas meja itu, sebentar lagi sang Putri akan memenuhi janjinya kemarin,” kata sang pelayan.
Pelayan tersebut lantas meninggalkan Hasan Al-Bashri dan menuju ke kamar sang gadis tersebut. Tidak lama setelah itu, sang pelayan kembali mendatangi Hasan Al-Bashri dengan membawa piring yang ditutupi dengan kain.
“Silahkan tuan, buka sendiri hidangan ini,” kata sang Pelayan.
Dengan penuh kegembiraan, Hasan Al-Bashri kemudian membuka piring yang tertutupi kain putih tersebut. “Pasti ini surat balasan cintaku dari gadis cantik tersebut,” gumamnya dalam hati.
Setelah membuka kain tersebut, betapa terkejutnya Hasan Al-Bashri ketika melihat piring yang berisi dua bola mata lengkap dengan darah segar yang membasahi di setiap sisinya. Merasa tidak percaya, Hasan Al-Bashri kemudian bergegas mendatangi kamar sang gadis cantik tersebut dan terlihat sang gadis telah meninggal dunia.
Hasan Al-Bashri tidak menyangka, bukannya balasan cinta dari sang gadis yang ia dapatkan, justru ia harus kehilangan sang gadis untuk selama-lamanya. Dengan derai air mata, ia berlari pulang disertai rasa penyesalan yang mendalam. Dan sejak saat itu, ia semakin meningkatkan ibadahnya kepada Allah Swt.
Benar atau tidaknya kisah di atas, kita dapat mengambil hikmah yang sangat berharga. Terkadang kecintaan kepada makhluk justru mengalihkan diri kita daripada cintanya sang Khaliq Allah Swt.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra