Jakara, Aktual.com – Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, ia diturunkan di tengah-tengah kehidupan bangsa Arab yang merupakan terdiri dari berbagai suku yang secara sporadis tersebar di jazirah Arab.
Setiap suku memiliki format dialek yang berbeda-beda. Perbedaan dialek tersebut dikarenakan sesuai dengan letak geografis dan sosiokultural dari masing-masing suku.
Namun setiap suku telah menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa bersama dalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi, berniaga atau yang lainnya. Adanya keberagaman dialek merupakan sesuatu yang bersifat alami, karena setiap bangsa, suku, tetap memiliki dialek yang berbeda.
Nabi sangat memahami keberagaman atau perbedaan-perbedaan dialek tersebut. Akibat beragamnya dialek di tanah Arab, Nabi berusaha menjaga umatnya dari berbagai kesulitan dan memberikan kemudahan untuk memahami al-Qur’an.
Hal ini tercermin ketika Jibril datang membawa perintah kepada Nabi untuk membacakan al-Qur’an kepada umatnya dengan satu huruf. Nabi Saw dengan memohon ampun kepada Allah, melalui malaikat Jibril meminta agar hurufnya ditambah. Setelah itu, hurufnya di tambah hingga tujuh huruf. Dalam beberapa hadis dijelaskan:
Rasulullah bersabda, “Malaikat Jibril telah membacakan (al-Qur’an) kepadaku atas beberapa huruf. Lalu, aku berulang kali meminta kepadanya agar ditambahkan bacaan tersebut. Jibril pun menambah bacaan itu sehingga sampai tujuh huruf
(macam)”. (HR. Muslim)
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf. Artinya Nabi memberikan isyarat bagi umat bahwa al-Qur’an tidak hanya di baca dengan satu cara (satu huruf), tetapi dapat dibaca dengan beberapa cara.
Namun, bukan berarti bahwa setiap kata dalam al-Qur’an itu dapat dibaca sebanyak tujuh bacaan yang berbeda, karena kata serupa itu tidak ditemukan dalam al-Qur’an kecuali sedikit sekali seperti: أف, جبریل, ھیھات.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa Nabi memberikan kelonggaran dalam membaca al-Qur‟an sesuai dengan bacaan yang mudah, selama sebutan rahmat tidak ditutupi dengan sebutan azab. Sebaliknya, sebutan azab tidak diakhiri dengan sebutan rahmat.
Dengan demikian, ahruf sab’ah (tujuh huruf) muncul ketika Nabi masih hidup. Dalam kajian Ilmu Tafsir, tujuh huruf bermakna tujuh macam bacaan yang diajarkan
Nabi dan muncul ketika al-Qur‟an di turunkan.
Waallahu a’lam
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain