Ilustrasi

Jakarta, aktual.com – Banyak dari kalangan ulama meyakini bahwa Nabi Khidir As masih hidup hingga sekarang. Tugas beliau di Dunia ini bukan untuk menyebarkan ajaran baru untuk umat Rasulullah Saw karena semua ajaran dari para Nabi dan Rasul telah terkumpul semua di dalam ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.

Salah satu bukti keberadaan beliau yang tercatat di kitab Khatmul Auliya’ karangan Hakim At-Tirmidzi, saat beliau berguru langsung dengan Nabi Khidir As,  berikut kisahnya:

Pada saat itu, Hakim Al-Tirmidzi muda berkeinginan untuk belajar perihal masalah agama di luar tempat kelahirannya, Tirmidz. Keinginan tersebut semakin kuat sebab sahabat-sahabatnya telah lebih dulu berangkat.

Ia pun menemui ibunya bermaksud untuk meminta izin kepada sang Ibu. Akan tetapi, justru sang Ibu menolak izin yang disampaikan oleh Hakim At-Tirmidzi muda disebabkan saat itu ibunya sedang mengalami sakit keras.

“Wahai Anakku, bagaimana kamu bisa pergi menuntut ilmu sedangkan ibu sedang sakit. Ibu hanya punya dirimu seorang,” ungkap sang Ibu.

Mendengar hal tersebut Hakim At-Tirmidzi merasakan kesedihan yang luar biasa, sebab cita-citanya tersebut ditolak oleh sang Ibu. Mau tidak mau, karena itu adalah permintaan sang Ibu, Hakim At-Tirmidzi menyetujuinya dan memilih untuk tinggal serta mengurus sang Ibu.

Seiring berjalannya waktu, kesedihan Hakim At-Tirmidzi tidak lekas hilang. Ia berniat untuk berziarah ke sebuah Maqbarah (Makam) untuk melepaskan penat serta berkeluh kesah.

“Sahabat-sahabatku sudah pergi belajar di luar daerah dan sebentar lagi mereka akan datang membawa banyak sekali ilmu, sementara aku masih di sini tidak merasakan sedikitpun ilmu,” ucapnya.

Dalam kesedihannya tersebut, ia mengungkapkan segala keluh kesahnya. Tiba-tiba datang seorang kakek tua menyapa dan menanyakan kesedihan yang dialami oleh Hakim At-Tirmidzi.

“Apa yang kau sedihkan?” tanya sang Kakek.

“Saya ingin belajar agama, tapi keinginan itu hilang karena saya harus mengurus ibu di rumah yang sedang sakit,” ungkapnya.

“Apa kamu mau belajar denganku?” tanya sang kakek.

Mendengar hal itu, Hakim At-Tirmidzi langsung menerima tawaran sang kakek, ia merasa sangat bergembira dengan tawaran tersebut. Sejak saat itu ia terus belajar kepada sang kakek.

Seiring berjalanny waktu, Hakim At-Tirmidzi mengalami peningkatan yang sangat tajam terkait dengan keilmuannya dan ia baru mengetahui bahwa sang kakek tersebut adalah Nabi Khidir As.

Semua yang ia dapatkan tidak lain adalah berkat doa sang Ibu dan ketulusan hati Hakim At-Tirmidzi dalam mengurus sang Ibu.

Waallahu a’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain