Merauke, Aktual.com – Tuntas sudah penantian panjang kontingen Aceh selama 13 tahun memburu kepingan medali emas cabang olahraga anggar dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).
Gedung Serbaguna Gereja St. Yoseph Merauke menjadi saksi perjuangan atlet asal Serambi Mekah mencatat prestasi pada nomor Floret Beregu Putra usai mengalahkan Riau dalam pertandingan final yang berakhir dengan skor 45 – 39.
Aceh yang diperkuat oleh Erwan Tona, Zaidil Al Muqaddim, dan Yudi Anggara Putra berhasil unggul setelah melalui pertandingan sengit melawan Riau yang diperkuat Muhammad Fuad, Muhammad Fatah Prasetyo, Muhammad Anggi Normansyah.
Provinsi ujung barat Indonesia itu terakhir kali meraih emas cabang olahraga anggar pada PON XVI Sumatera Selatan tahun 2004. Sejak saat itu, Aceh belum mendapatkan medali emas.
Satu medali emas yang mempunyai arti mendalam bagi perjalanan olahraga anggar di Aceh usai dihantam bencana Tsunami pada tahun 2004 yang mengakibatkan banyak atlet berbakat dari cabang olahraga tersebut menjadi korban.
Generasi emas
Aceh suatu waktu pernah memiliki atlet-atlet anggar berprestasi sejak era 1970-an hingga 2000-an.
Sejumlah atlet anggar berprestasi asal Aceh di antaranya T. Idwar, Iswahyudi, Ema Susana Madjaji, Murisnawati, Sofyan, Elvizar, Habli, Mardani, hingga Alkindi.
Nama-nama itu pernah merajai nomor sabel, floret, degen baik individual maupun beregu dan langganan meraih medali emas pada ajang seperti PON.
Bahkan nama terakhir yang disebut yaitu Alkindi pernah tampil di Olimpiade Seoul 1988 sekaligus menjadi atlet asal Aceh pertama yang lolos ke olimpiade.
Pria kelahiran Banda Aceh 6 April 1962 itu, berkompetisi dalam nomor individu floret di Olimpiade Seoul 1988.
Alkindi saat itu tergabung di Round 1 Pool G bersama atlet anggar kelas dunia lain seperti Aleksandr Romankov (Uni Soviet), Bill Gosbee (Inggris), Jesús Esperanza (Spanyol), Dave Littell (Amerika) dan Roberto Lazzarini (Brasil).
Namun sayang Alkindi belum berhasil melangkah lebih jauh pada Olimpiade Seoul 1988 setelah menelan lima kali kekalahan.
Bencana Tsunami
Bencana Tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004 memberikan dampak sangat besar bagi perkembangan olahraga anggar yang sebelumnya telah menunjukkan prestasi.
Banyak atlet-atlet anggar berprestasi asal Aceh yang ikut menjadi korban dalam peristiwa yang menewaskan lebih dari 100 ribu jiwa tersebut. Sebuah pukulan yang sangat telak bagi anggar Aceh.
“Setelah (Tsunami) itu banyak atlet kita yang hilang termasuk peraih medali emas PON di Sumatera Selatan,” kata Manajer tim anggar Aceh Husaini.
Husaini mengatakan butuh waktu yang lama bagi anggar Aceh untuk menata kembali asa mereka dalam meraih prestasi tertinggi. Berulang kali gagal tak membuat pegiat olahraga anggar Aceh putus asa.
Pembinaan berkesinambungan terus dilakukan oleh Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) Aceh dengan mencari bibit atlet unggul hingga ke pelosok-pelosok daerah untuk dilatih. Buah dari kerja keras dan kesabaran itu pun perlahan mulai terlihat dalam ajang PON XX Papua.
Tim anggar Aceh secara keseluruhan meraih satu emas, satu perak, dan dua perunggu dalam ajang PON XX Papua.
“Selain Pengcab yang ada 15 kemudian kita ada pembinaan di Dinas Pemuda dan Olahraga melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP),” ujar Husaini.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Dede Eka Nurdiansyah

















