Jakarta, Aktual.com – Tak banyak buku biografi yang laris manis dipasaran. Tapi kini hadir buku biografi yang diserbu berbagai kalangan termasuk dari kalangan milenial. Buku ‘Bocah Kebon Dari Deli’ yang terbit beberapa bulan lalu dan tersebar di toko buku Gramedia, mendadak diserbu para kalangan milenial. Dari pantauan Aktual.com, pada Minggu (10/10) siang, buku ‘Bocah Kebon Dari Deli’ bertengger sebagai kategori ’10 buku terlaris’ di toko buku Gramedia.
Buku ‘Bocah Kebon Dari Deli’ merupakan kisah perjalanan hidup Prof. Dr. Supandi, SH, M.Hum, yang kini menjabat sebagai Ketua Muda kamar Tata Usaha Negara (TUN) di Mahkamah Agung RI. Beliau menjalani masa kecil di lingkungan perkebunan di Saentis, Sumatera Utara. Tapi kisahnya penuh haru biru. Perjalanan kakek dan neneknya, yang berasal dari tanah Jawa kemudian menetap di Deli, Sumatera Utara, penuh dengan lika-liku. Kakek Supandi, bernama Kiyai Ibrahim, merupakan cucu dari Raden Matkasan yang merupakan seorang ‘tumenggung’ dari Keraton Surakarta (Solo).
Kakeknya termasuk dalam laskar perang Jawa yang tergabung dengan Pangeran Diponegoro dalam melawan kolonialisme Belanda. Tapi semenjak Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda, kakek buyut Supandi itu menetap di Desa Tlutup, Juwana, Pati, Jawa Tengah. Ki Ibrahim, kemudian besar di Desa Tlutup. Suatu hari beliau cekcok dengan seorang mandor Belanda di pabrik Tebu Trangkil, di Juwana. Ki Ibrahim kemudian lari dari kejaran opas Belanda dan hinggap di Semarang. Sampai di Semarang, dia naik ke kapal yang mengakut para kuli kontrak yang hendak di bawa ke Deli. Dia kemudian sampai di Deli hingga melahirkan anak keturunan. Dari situlah Supandi lahir.
Neneknya juga tak kalah seru. Mbah Supirah dikisahkan berasal dari Tulungagung, Jawa Timur. Usia 14 tahun, dia diculik oleh anak buah Tjong A Fie, agen tenaga kerja Belanda yang mencari para kuli untuk dipekerjakan di Deli. Supirah diculik paksa lalu di bawa ke Deli untuk dipekerjakan sebagai kuli kontrak. Berpuluh tahun kemudian Supandi berhasil membawa Kembali Mbah Supirah ke tanah Tulungagung bertemu sanak keluarganya. Tapi dalam usia 60 tahun. Tentu kisah itu sangat heroik dan menyedihkan sekali.
Cerita seru di buku ‘Bocah Kebon Dari Deli’ itulah yang membuat berbagai kalangan menggandrunginya. Alya Aisha Anindita, 16 tahun, pelajar di Depok sengaja membeli buku itu karena tertarik dengan kisahnya. “Bukunya seru banget,” katanya. Hal senada diungkapkan Ahsani Taqwim, seorang advokat muda di Jakarta. “Ini buku sangat menginspirasi bagi kita semua, penuh dengan pesan dan makna yang dalam tentang kehidupan,” paparnya.
Bahkan hal lain juga dialami Ayu Lanni, ibu rumah tangga yang juga membaca buku itu. Dia mengaku tak kuasa menahan tangis Ketika membaca buku itu. Perjalanan kembalinya Mbah Supirah, dan keluarga Supandi menemukan Kembali obor keluarganya, katanya, itu sangat mengharukan sekali.
Berbagai tanggapan pun bermunculan dari buku “Bocah Kebon Dari Deli. ”Tak heran buku ini hampir ludes di beberapa toko buku Gramedia di Jakarta, Depok, Bekasi dan lainnya. Dalam paparan sang penulis, Irawan Santoso, disebutkan bahwa buku ini sangat penting dibaca siapa saja. “Karena buku ini menceritakan bagaimana Takdir Allah Subhanahuwataala itu memang bekerja,” ucapnya kepada Aktual.com beberapa waktu lalu.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi