Jakarta, aktual.com – Terdapat seorang sahabat Rasulullah Saw yang sangat taat kepada Allah Swt, ia berasal dari kabilah Khazraj hidup sebagai rakyat yang serba kekurangan.
Ketika itu, Rasulullah menegur Abu Dujanah karena setiap selesai menjalankan ibadah salat subuh berjamaah, dia langsung pulang ke rumah dan tidak pernah ikut berdoa bersama Rasulullah Saw.
“Hai Abu Dujanah, apakah kamu ini tidak ingin berdoa kepada Allah Swt mengapa engkau senantiasa pulang terlebih dahulu?” tanya Nabi.
“Ya Rasulullah, aku memiliki alasan melakukan hal itu,” jawabnya.
“Apa yang menjadi alasanmu?” perintah Nabi.
“Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seseorang yang memiliki pekarangan kurma dan ada satu pohon kurma yang dahannya sampai kepada rumah kami, jika ada angin yang meniup dahan itu maka kurma-kurma tersebut jatuh ke pekarangan rumahku. Saat itu, anak kami bangun dan memakan kurma-kurma tersebut,” ucap Abu Dujanah.
“Sedangkan aku Wahai Rasulullah, tidak mengingkan anak-anak kami untuk memakan makanan yang memang bukan haknya sebab itu akan menjadi tanggung jawab kami di hadapan Allah Swt. Aku tidak ingin dipermalukan di hadapan Allah Swt,” lanjutnya.
Pandangan mata Rasulullah langsung berkaca-kaca mendengar pengakuan Abu Dujanah. Saat itu juga, Rasulullah bersama beberapa sahabatnya mencari tahu pemilik daripada pekarangan rumah yang berada di dekat rumah Abu Dujanah.
Ternyata pemilik kurma tersebut seorang laki-laki munafik, tanpa basa basi lagi Rasulullah menawar kurma tersebut dengan harga yang sangat tinggi. Rasulullah berkata, “Apakah engkau menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu sendiri. Pohonnya terbuat dari batu zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada,” kata Rasulullah.
Karena mengetahui bahwa Rasulullah akan membelinya di akhirat nanti, Pria munafik itu lantas menjawab dengan tegas, “Aku tidak menjual pohon kurma itu dengan sistem seperti itu, Aku menjualnya dengan uang kontan!”
Seketika itu Abu Bakar as-Shiddiq dengan tegas mengatakan akan melunasi pembayaran pohon kurmanya itu, “Aku beli dengan sepuluh kali lipat dari tumbuhan kurma yang paling bagus di kota ini,” tegas Abu Bakar.
Mendengar hal itu, sang munafik tersebut sangat gembira, dan langsung menyerahkan secara simbolis pohon kurma tersebut kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, lalu Abu Bakar memberikannya kepada Abu Dujanah.
Melihat kebaikan Abu Bakar, Rasulullah kemudian bersabda, “Wahai Abu Bakar, aku akan menanggung gantinya untukmu,”
Abu Bakar bergembira karena ia akan mendapatkan gantinya kelak oleh Rasulullah Saw, begitu pula Abu Dujanah.
Setelah selesai pembeliaan pohon kurma tersebut, sang Munafik kembali ke rumahnya dan menemui istrinya, lalu berkata, “Aku mendapatkan uang yang sangat banyak hari ini. aku menjual kurmaku dengan sepuluh kali lipat harga kurma yang paling bagus sedangkan kurma yang kumiliki masih berada di pekaranganku, aku akan mengambil seluruh buah-buahnya dan tidak akan memberikan sedikitpun buah itu kepada tetanggaku,” ucapnya dengan rasa yang sangat gembira.
Keesokan harinya dia bangun dan melihat pohon kurma tersebut sudah berada di tanah milik Abu Durjanah tanpa ada bekas pindahnya atau diangkatnya pohon kurma tersebut sehingga rencanyapun gagal.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain