Jakarta, Aktual.co — Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral yang memiliki tugas mengatur kebijakan moneter memiliki satu tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Namun, nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan beberapa bulan terakhir dianggap BI masih konsisten dengan nilai fundamental ekonomi Indonesia.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro mengatakan bahwa BI terus menjaga dan berada di pasar untuk hal tersebut. Menurutnya, BI tidak dapat mematok nilai tukar Rupiah yang harus berada di level tertentu.
“Karena Indonesia rezimnya floating, nilai tukarnya fleksibel, tidak bisa dipatok seperti itu, misalnya Rupiah harus Rp11.000 per Dolar AS. Kita lihat stabilitas pergerakannya,” ujar Solikin dalam pelatihan wartawan BI di The Trans Luxury Hotel, Bandung (28/2).
Lebih lanjut dikatakan dia, saat ini yang terpenting adalah bagaimana nilai tukar Rupiah tersebut bisa stabil dan konsisten. Karena menurutnya, jika nilai tukar Rupiah kuat, namun kondisi ekonominya lemah, maka menimbulkan hal buruk ke depannya.
“Stabil tuh bukan flat, kita menghindari fluktuasi yang berlebihan juga, karena mengakibatkan uncertainty di pasar keuangan, ini yang kita jaga,” kata dia.
Solikin juga mengatakan saat ini target BI adalah membuat Current Acciunt Deficit (CAD) yang rendah dan tetap stabil. Karena menurutnya, struktur perekonomian Indonesia saat ini lebih banyak impor daipada ekspor.
“CAD itu konsumsi lebih besar daripada produksi. Kita impor barang itu pakai Dolar AS, yang kita bayar lebih besar karena kita ngga bisa cetak uang Dolar AS, beda dengan negara lain,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















