Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan semesta Alam, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah sholla Allahu ‘lalaihi wa a’lihi wa sallam. Semoga Allah senantiasa merahmati , memberi keselamatan , kemulyaan, keberkahan dan keagungan atas baginda Nabi Muhammad serta keluarga, sahabat , para pengikut, dan para pengikut pengikutnya di dalam kebaikan sampai hari kiamat nanti, pada setiap mata berkedip dan setiap nafas berhembus, sebanyak jumlah dari segala sesuatu yang diliputi oleh ilmu Allah.

Amma ba’du ….
Segala pujian kepada Allah atas nikmatnya yang telah menjadikan kita sebagai umat yang beriman dan makhluk yang mulia, bukti Allah telah memuliakan manusia adalah dengan memerintahkan malaikatNya untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam yang merupakan bapak dari kita semua sebagai manusia, dimana pada saat itu kita semua sedang berada di tulang punggungnya. Hal ini menunjukkan bahwa kita merupakan makhluk yang diciptakan Allah Ta’la untuk kemuliaan dan memuliakan, mulianya manusia ini dihadapan Allah dengan tidak dijadikannya sebagai sesuatu yang tidak dihiraukan setelah penciptaan seperti hewan, akan tetapi Allah mengutuskan untuknya seseorang makhluk yang paling istimewa diantara para hambaNya yaitu para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam. Pada hakikatnya hal ini merupakan kemuliaan; karena tidaklah Allah membiarkannya begitu saja, akan tetapi Allah sangat memperhatikan kita, memperhatikan dengan sifat RabbNya dengan mewujudkan, menciptakan dan memberikan madadNya, begitupula memperhatikan dengan sifat UluhiyyahNya dengan memberikan petunjuk kepada kita akan jalan yang lurus mengikuti jalan para Rasul yang mulia.
Allah juga yang telah memuliakan kita dengan Nabi Muhammad SAW, dimana terkumpulnya pada diri beliau segala kelebihan yang ada diantara para Rasulnya, sehingga kita menjadi sebaik-baik ummat dari bangsa manusia.

Allah berfirman bahwa manusia memiiki kemuliaan “ Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak Adam “. Allah memanggil dengan kata-kata anak Adam yang merupakan ajakan untuk menyambung hubungan rahim yang jauh; karena manusia itu terkadang lupa dikarenakan jarak yang jauh antara dirinya dengan bapaknya yaitu Nabi Adam, bahwasanya disana ada hubungan persaudaraan diantara kita dan setiap orang yang kita jumpai. Dia adalah saudaramu secara hakikatnya, akan tetapi terakadang kamu lupa, dan Allah senantiasa mengingatkan kepada kita melalui firmanNya “ Wahai anak Adam “ ( al A’raf 26,27, 31,35,Yasin : 60) sehingga ayat ini sebagai pengingat akan rahim yang jauh ini dan terputus diantara kita.

Allah telah berfirman “ Wahai kalian ummat manusia, bertakwalah kalian kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu , dan kemudian Allah menciptakan darinya seorang istrinya dan kemudian Allah memperbanyak dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak……….”.

Maka kita harus tahu makna ini secara baik, karena apabila kita tahu tentang makna ini dan kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita, maka kita akan menjadi rahmat bagi semesta alam. Nabi Muhammad adalah orang yang paling paham akan makna ini, sehingga beliau merupakan wujud sifat Ketuhanan sebagaimana Allah berfirman “ Dan tidaklah kami utus engkau wahai Muhamammad melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”. Beliau adalah sebagai rahmat bagi orang yang beriman dan juga bagi orang kafir, rahmat bagi orang yang ta’at juga bagi orang yang ahli maksiat. Rahmat bagi hewan, tumbuhan, pepohonan, benda mati dan semua alam semesta.

Bahkan rahmat Nabi pun mengenai para Malaikat Allah, karena mereka semua adalah termasuk ’alamin, dan Nabi kita merupakan rahmat yang dihadiahkan oleh Allah kepada semua ciptaan Nya. Maka hendaklah kita sebagai rahmat dimanapun kita berada karena kita adalah merupakan penganut Nabi yang penuh rahmat. Barang siapa yang memahami agama islam dengan selain pemahaman diatas, maka dia tidak akan pernah merasakan manisnya agama islam, tidak pernah merasa akan indahnya keimanan ini. Nabi bersabda “ Barang siapa yang didalam dirinya ada tiga perkara ini maka dia akan merasakan akan manisnya keimanan”.

Hadis ini menunjukkan bahwa iman itu ada kalanya iman dengan kemanisan dan adakalanya iman tanpa rasa manis. Manisnya keimanan pada makna ini adalah terwujud pada nabi Muhammad SAW, pada sejarah kehidupanya; sehingga tidaklah seorang itu berinteraksi dengan Nabi kecuali dia akan mencintainya, bahkan orang kafir sekalipun mereka mencintai Nabi akan kepribadianya, akan tetapi mereka tidak melihat bahwa Muhammad telah diwahyukan padanya; sehingga mereka kafir akan kenabiannya akan tetapi mereka tidak mengingkari akan kepribadianya, keindahannya, kelembutan bahasanya, cara interaksinya, sehingga Nabi menjadi sebab akan kerukunan semua ummat manusia. Bahkan orang kafirpun sering kali mengambil pendapatnya, begitupula orang yahudi ketika terjadi perselisihan diantara mereka dengan ulamanya mereka berkata “ mari kita lihat pendapat Muhammad”, karena mereka tahu bahwa Nabi Muhammad adalah merupakan rahmat dimana ia berada.

Akan tetapi setelah semakin jauhnya manusia dari Nabinya, antara kita dan Nabi kita ini, dan antara makna-makna ini dengan kesibukan manusia itu sendiri atas perkara dunia, sehingga hilanglah makna yang sangat agung ini dari dalam diri kita. Sebagaimana hilang pula dari seorang pemimpin dengan yang ia pimpin, sejalan dengan hilangnya kemuliaan seorang manusia dan juga hak-haknya. Sehingga manusia pada zaman ini lebih hina dari hewan dari segi interaksi antara satu sama lainnya. Akan tetapi Allah tak henti-hentinya mengingatkan kepada kita akan adanya hubungan Rahim diantara kita wahai umat manusia di dalam firman-firmanNya ; “Wahai anak Adam “. Dan sudahlah cukup bagi manusia akan kemulian anak adam ini, Allah telah menciptakannya seperti bentuk Nabi Muhammad SAW, dimana rupa Nabi Muhamammad SAW adalah merupakan bentuk yang paling mulia diantara makhluk yang telah diciptakanNya.

Maka dari itu, sebagian ulama mentafsiri akan hadis yang serupa maknanya dengan hal ini ; “ Allah telah menciptakan Adam atas rupa Nya”. Dhomir ini kembali kepada siapa?. Sebagian ulama mengatakan bahwa dhomir ini kembali kepada Nabi Muhammad SAW, dimana Nabi adalah merupakan dhomir alam semesta. Adam diciptakan Allah sama dengan rupa Nabi Muhammad SAW, bahkan bentuk anatomi manusia itu adalah bertuliskan Muhammad jika dituliskan dengan tulisan arab. Kepala membentuk huruf “ miim”, tangan dan tubuh membentuk huruf “ ha”, pertemuan dua paha membentuk huruf “ miim”, dan dua kaki dalam posisi terbuka membentuk huruf “ daal”. Seakan-akan bentuk dari pada manusia itu adalah sama dengan nama Nabi Muhammad SAW. Dari segi bentuk dzahirnya adalah menuliskan nama
Nabi Muhammad, sebagaimana Allah juga memuliakannya dengan memberikan akal kepadanya, sehingga dengan akal ini Allah menjadikan kita sebagai hambanya yang mukallaf atau dibebani untuk menjalankan syariatnya, maka manusia itu dimuliakan dan dibebani dalam satu waktu yang sama.

Semoga Allah SWT mengilhamkan akhlak kepada kita sebagaimana akhlak Nabi kita Muhammad SAW, dan Allah mengumpulkan kita bersamanya, dan bersama para wali Allah dan hamba Nya yang salih, amin.

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin