Jakarta, Aktual.co — SKK Migas menyatakan masa depan energi Indonesia akan didominasi proyek gas bumi dengan potensi menambah cadangan minyak sebesar 1,7 miliar barel (sekunder) dan 3,3 miliar barel (tersier) melalui mekanisme “Enhance Oil Recovery” (EOR).
“Sebagai contoh, lapangan Tangguh diprediksi akan menghasilkan minyak sebesar 96,94 ribu BPH pada tahun 2019,” ujar Staf Ahli Kepala SKK Migas Haposan Napitupulu saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/2).
Hal tersebut, katanya, akan sangat membantu mewujudkan ketahanan energi Indonesia di masa mendatang mengingat saat ini negara hanya memiliki 3,7 miliar barel cadangan minyak yang diprediksi akan habis dalam 11 tahun mendatang.
Produksi gas, katanya, juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung sektor ekonomi antara lain sektor kelistrikan, industri amonia, metanol, dan alumunium.
“Jika diolah dengan benar menjadi metanol dan amonia, 700 MMSCFD gas bumi dapat bertambah nilai ekspornya dari 1,5 miliar dolar AS menjadi 5,61 milar dolar AS,” tuturnya.
Untuk mencapai ketahanan energi dari pengembangan proyek gas bumi, menurutnya seluruh pemangku kepentingan sektor migas harus berkoordinasi dan berpikir secara korporasi. Artinya tidak hanya untuk mencapai target komersial sektoral atau untuk mendapatkan revenue sebanyak mungkin.
“Kita juga harus mulai memperlakukan gas sebagai penggerak roda perekonomian sebagai sumber pengembangan industri berbahan baku petrokimia di Indonesia yang dapat meningkatkan nilai tambah dan mengurangi kebutuhan BBM impor,” katanya.
Sebagai contoh, katanya, jika separuh dari produksi gas Tangguh di Papua dimanfaatkan untuk industri petrokimia maka kebutuhan BBM, elpiji, dan pupuk di Indonesia timur akan terpenuhi, terbangun industri “polypropylene” yang merupakan bahan baku plastik yang hingga kini masih diimpor, serta terbangun pabrik semen untuk memenuhi kebutuhan Indonesia timur.
“Yang paling penting, kesejahteraan masyarakat dan PAD juga meningkat karena industri-industri tersebut akan mampu menyerap hingga ribuan tenaga kerja lokal,” ujar Haposan.
SKK Migas mencatat, total pasokan gas 6,97 ribu MMSCFD pada 2014 diekspor dalam bentuk LNG sebesar 31,89 persen, digunakan dalam industri 19,2 persen, dimanfaatkan untuk kelistrikan 14,73 persen, diekspor dalam bentuk gas pipa 13,67 persen, dan digunakan untuk lifting minyak sebesar 4,54 persen.
Sisanya yaitu 3,62 persen untuk memenuhi pasokan elpiji domestik dan 3,45 persen untuk LNG domestik.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka