Kilang Minyak Arab Saudi

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak anjlok lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah stok minyak mentah AS naik lebih tajam dari yang diperkirakan, bahkan ketika persediaan bahan bakar turun dan tangki di pusat penyimpanan terbesar di negara itu semakin kosong.

Minyak berjangka Brent untuk pengiriman Desember merosot 1,82 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 84,58 dolar AS per barel, setelah ditutup pada level tertinggi tujuh tahun pada Selasa (26/10/2021).

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember anjlok 1,99 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup di 82,66 dolar AS per barel.

Kenaikan yang lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS memberi beberapa investor dorongan untuk menurunkan posisi beli setelah kenaikan kuat dalam beberapa pekan terakhir membawa Brent dan patokan minyak mentah AS ke tertinggi multi-tahun.

“Kami mengalami kemunduran yang wajar dalam aksi ambil untung lebih dari apa pun, tetapi masih 80 dolar AS untuk (WTI) adalah angka yang kuat,” kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.

Kedua harga acuan ditutup pada Jumat (22/10/2021) dengan kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut karena produsen-produsen utama menahan pasokan dan permintaan rebound setelah pelonggaran pembatasan pandemi.

Persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu, menurut Departemen Energi AS, lebih besar dari perkiraan kenaikan 1,9 juta barel. Stok bensin turun 2 juta barel, merosot ke level yang tidak terlihat dalam hampir empat tahun, karena konsumen AS bergulat dengan kenaikan harga untuk mengisi tangki kendaraan mereka.

Penyimpanan di pusat pengiriman WTI di Cushing, Oklahoma, lebih terkuras daripada titik mana pun dalam tiga tahun terakhir, dengan harga untuk kontrak berjangka yang lebih lama menunjukkan pasokan bertahan di level tersebut selama berbulan-bulan.

Minyak telah naik akhir-akhir ini karena ekspektasi bahwa negara-negara seperti China dan India akan menanggapi kekurangan batu bara dan gas alam dengan beralih ke produk turunan minyak mentah untuk pembangkit listrik dan pemanas. Permintaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi minyak mentah secara keseluruhan lebih dari setengah juta barel minyak per hari.

Cunningham mengatakan bahwa ekspektasi mungkin berlebihan, tergantung pada keadaan ekonomi global.

“Ada reli di gas alam sehingga ada banyak kekhawatiran tentang aset-aset turunannya yang dialihkan kembali ke pembangkit berbasis minyak – itu adalah bagian besar dari reli dan sekarang beberapa di antaranya sedikit mereda,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
A. Hilmi