Jakarta, Aktual.co — Direktur Utama Pertamina Geotermal Energy (PGE) Roni Gunawan mengatakan bahwa porsi energi geothermal pada tahun 2025 harus mencapai 25% dari total energi baru terbarukan untuk menyokong pembangkit listrik nasional ke depan.

“Kontribusi panas bumi saat ini dalam buaran energi baru mencapai 5 persen. Sementara ini batubara masih paling banyak mengambil porsi untuk menyokong pembangkit listrik dengan persentase sebesar 63%,” kata Roni dalam workshop pengembangan energy geothermal di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (24/2).

Ia menerangkan, Indonesia hanya mampu memproduksi 5% atau sekitar 1,4 gigawatt (GW) dari potensi yang ada, sekitar 40%. Lebih besar dari potensi Amerika Serikat yang nyatanya lebih mampu memanfaatkan energi geothermal dibandingkan Indonesia, dengan memproduksi sebanyak 3,3 GW.

“Kalau dunia bicara minyak, maka semua mata tertuju pada Arab. Kita mau kalau dunia bicara energi panas bumi, semua orang melihat Indonesia. Itu yang kita mau,” ujarnya.

Menurutnya, potensi gunung api di Indonesia harus sangat diberdayakan, tidak hanya dari sektor mineralnya, tapi juga geothermalnya. “Jangan cuma gempa buminya saja yang kita rasakan dampaknya, tapi harus kita manfaatkan juga kelebihannya”.

“Kita tidak bisa terus menerus mengandalkan minyak dan gas bumi (migas) sebagai cadangan energi nasional. Masa kita bertumpu dengan energi yang cadangannya lebih kecil. Sementara 20 tahun lagi migas kita akan habis jika tidak ada penemuan baru,” tutur Roni.

Roni menambahkan, saat ini pihaknya sedang melakukan eksplorasi terus menerus untuk menemukan titik-titik mana saja yang berpotensi memiliki energi panas bumi. Penyebaran titik-titik tersebut membentang dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi gunung api cukup banyak, meskipun Sumatera dan Jawa menjadi fokus paling besar.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka