Jakarta, Aktual.co — Perancis mengerahkan kapal induk Charles de Gaulle mendekati Irak, Senin (23/2), sebagai bagian misi serangan terhadap milisi Negara Islam di Irak dan Suriah, seperti yang dikutip AP.Pengerahan kapal induk ini bisa memangkas separuh waktu perjalanan jet-jet tempur Perancis dalam operasi serangan daripada menyerang dari Uni Emirat Arab.
Tujuh pekan setelah serangan kelompok ekstremis yang menewaskan 17 orang di Paris, Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian menegaskan tekad Perancis untuk menghadapi ancaman kelompok militan jihad dengan berhadapan langsung. ”Ancaman ini, terorisme militan jihad, ingin mencapai warga kami, kepentingan kami, nilai kami. Balasan Perancis bakal tegas secara total,” kata Le Drian saat meluncurkan operasi di atas kapal induk Charles de Gaulle.
Senin pagi, empat jet tempur Perancis lepas landas dari kapal induk itu saat kapal berlayar sekitar 200 kilometer dari pantai utara Bahrain menuju Irak. Sejak bergabung dengan pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS), September lalu, Perancis menamai misi mereka dengan Operasi Chammal. Kapal induk Charles de Gaulle meninggalkan pangkalannya di Toulon, 13 Januari, untuk menjalani misi lima bulan. Di kawasan Teluk, kapal itu bakal bekerja sama dengan kapal induk AS, USS Carl Vinson, menjadi basis serangan udara pada NIIS.
Mampu mengangkut 12 jet tempur Rafale dan sembilan pesawat penyerbu Super Etendard, kapal induk itu bakal meningkatkan secara signifikan kemampuan serangan udara Perancis. Perancis mempunyai sembilan jet Rafale di Uni Emirat Arab (UEA), 6 jet tempur Mirage di Jordania untuk misi serangan di Irak, patroli maritim, dan pesawat pengisi bahan bakar. Pengerahan kapal induk itu bakal menghemat separuh waktu perjalanan jet-jet tempur Perancis saat menyerang NIIS daripada terbang dari UEA. Bersama Australia, Perancis salah satu kontributor utama bagi koalisi berkekuatan 32 negara itu.
Sejak mengawali serangan, Agustus lalu, koalisi telah melancarkan 2.000 serangan. Perancis dan negara-negara Barat ambil bagian dalam serangan koalisi di Irak. Adapun beberapa negara Arab ikut menyerang target NIIS di Suriah. Khusus di Suriah, menurut Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), serangan udara pasukan koalisi menewaskan lebih dari 1.600 orang, yang sebagian besar milisi NIIS dan Front al-Nusra. Di antara korban, tercatat 62 warga sipil.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS yang baru, Ashton Carter, menggelar rapat bersama para komandan dan pejabat teras militer AS serta para diplomat di Kuwait. Mereka tidak hanya bakal membahas serangan terhadap NIIS di Irak dan Suriah, tetapi juga di seluruh kawasan. Beberapa hari yang lalu, pejabat militer AS mengungkapkan, saat ini serangan besar tengah dipersiapkan untuk merebut kota Mosul, Irak utara, dari NIIS. ”Tanpa ragu, kami akan menghadirkan kemenangan,” kata Carter. ”Koalisi bisa menekan NIIS dari Kuwait dan tempat lain.”

















