London, Aktual.com – Lebih dari 4.000 penerbangan dibatalkan di seluruh dunia pada Minggu (2/1), lebih dari setengahnya adalah penerbangan AS.

Pembatalan itu menambah jumlah gangguan perjalanan pekan liburan karena cuaca buruk dan lonjakan kasus virus corona yang disebabkan oleh varian Omicron.

Penerbangan yang dibatalkan pada pukul 8 malam GMT pada Minggu termasuk lebih dari 2.400 penerbangan kedatangan, keberangkatan dari atau di dalam Amerika Serikat, demikian menurut laman pelacakan FlightAware.com. Secara global, lebih dari 11.200 penerbangan ditunda.

Di antara maskapai dengan pembatalan terbanyak adalah SkyWest dan SouthWest, dengan masing-masing 510 dan 419 pembatalan, FlightAware menunjukkan.

Liburan Natal dan Tahun Baru biasanya merupakan waktu puncak untuk perjalanan udara, tetapi penyebaran cepat varian Omicron yang sangat menular telah menyebabkan peningkatan tajam infeksi COVID-19, memaksa maskapai penerbangan untuk membatalkan penerbangan karena pilot dan awak kabin dikarantina.

Badan-badan transportasi di seluruh Amerika Serikat juga menangguhkan atau mengurangi layanan karena kekurangan staf terkait virus corona.

Omicron telah membawa rekor jumlah kasus dan mengurangi perayaan Tahun Baru di sebagian besar dunia.

Meningkatnya kasus COVID di AS telah menyebabkan beberapa perusahaan mengubah rencana untuk menambah jumlah karyawan yang bekerja dari kantor mereka mulai Senin.

Otoritas AS mencatat setidaknya 346.869 virus corona baru pada Sabtu, menurut hitungan Reuters. Jumlah kematian AS dari COVID-19 naik setidaknya 377 menjadi 828.562.

Awak kabin maskapai penerbangan AS, pilot, dan staf pendukung enggan bekerja lembur selama liburan, meskipun ada tawaran insentif keuangan yang besar. Banyak yang takut tertular COVID-19 dan enggan menghadapi kemungkinan berurusan dengan penumpang yang sulit diatur, kata beberapa serikat pekerja maskapai penerbangan.

Pada bulan-bulan sebelum liburan, maskapai mencoba meyakinkan karyawan untuk memastikan staf yang solid, setelah merumahkan atau memberhentikan ribuan selama 18 bulan terakhir karena pandemi membuat industri terseok-seok.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Dede Eka Nurdiansyah