Menteri Keuangan Sri Mulyani . Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyampaikan realisasi belanja sementara belanja negara 2021 melampaui target APBN 2021 sebesar Rp2.750 triliun yakni Rp2.786,8 triliun atau 101,3 persen.

Ia mengatakan realisasi tersebut tumbuh 7,4 persen dibanding realisasi tahun lalu (year-on-year/yoy).

“Artinya negara membelanjakan Rp36,7 triliun lebih tinggi dari APBN, sehingga berhasil tumbuh 7,4 persen dari tahun lalu,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (4/1/2022).

Meskipun, lanjutnya, realisasi belanja negara tahun lalu tidak mencapai target APBN 2020 sebesar Rp2.700 triliun yakni hanya Rp2.595,5 triliun.

Kendati demikian, realisasi belanja negara pada tahun lalu berhasil tumbuh 12,4 persen dari realisasi tahun 2019, yakni Rp2.309,3 triliun, sehingga terlihat belanja negara yang terus tumbuh setiap tahunnya.

“Jadi kalau pendapatan negara tidak bisa mengejar, defisitnya bisa naik,” tegas Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, realisasi sementara belanja negara tahun 2021 meliputi belanja pemerintah pusat Rp2.001,1 triliun atau terealisasi 102,4 persen dari target Rp1.954,5 triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) Rp 785,7 triliun atau 98,8 persen dari target Rp795,5 triliun.

Realisasi belanja pemerintah pusat berhasil tumbuh 9,2 persen lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar Rp1.833 triliun, yang meliputi belanja kementerian/lembaga Rp1.189,1 triliun atau 115,2 persen dari target Rp1.032 triliun dan belanja non kementerian/lembaga Rp812 triliun atau 88 persen dari target Rp922,6 triliun.

“Dalam hal ini terlihat belanja pemerintah pusat yang menyebabkan APBN agar bisa countercyclical karena belanja COVID-19, yang memang selain untuk kebutuhan kesehatan, tetapi juga untuk bidang sosial dan belanja lainnya,” ucap dia.

Sementara itu, Bendahara Negara menuturkan realisasi TKDD relatif stabil dan tumbuh tiga persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 yang sebesar Rp762,5 triliun.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi