Jakarta, Aktual.co —  Neraca pembayaran Indonesia pada triwulan IV tahun 2014 surplus sebesar USD2,4 miliar. Namun, pada saat yang sama nilai tukar Rupiah terus mengalami pelemahan terhadap Dolar AS.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Hendri Saparini mengatakan seringkali argumentasi pelemahan Rupiah disandarkan pada ketidakpastian global. Namun menurutnya, pelemahan Rupiah juga disebabkan oleh buruknya kinerja perekonomian nasional, khususnya pembengkakan defisit pada neraca transaksi berjalan.

“Sebenarnya penyumbang defisit yang terbesar adalah neraca pendapatan primer. Ini dipicu oleh besarnya pembayaran investasi, yang mengalir keluar maauk dalam bentuk hasil keuntungan investasi asing yang kembali ke negara asal, pembayaran bunga utang luar negeri, dan sebagainya,” ujar Hendri dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/2).

Lebih lanjut dikatakan dia, diantara komponen pendapatan investasi tersebut, defisit pendapatan investasi langsung menyumbang hampir 64 persen dari defisit neraca pendapatan primer. Menurutnya, hal tersebut perlu diwaspadai, mengingat keinginan besar Pemerintahan Jokowi untuk menarik investasi asing.

“Target investasi langsung untuk periode 2015-2019 dipatok Rp3.519 triliun, dimana 63,7 persen diantaranya diharapkan berasal dari investasi asing,” jelasnya.

Hendri mengatakan, target investasi langsung tersebut lebih dari dua kali lipat realisasi investasi dibera SBY yang sebesar Rp1.687 triliun (2009-2014). Untuk mencapai tarhet tersebut, kata dia, berbagai roadshow telah dilakukan dan kebijakan perizinan satu pintu telah dikeluarkan awal tahun untuk menggenjot investasi.

Artikel ini ditulis oleh: