Padang, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat nilai ekspor provinsi itu mencapai Rp3,06 miliar dolar Amerika Serikat sepanjang 2021 atau naik signifikan dibandingkan 2020 yang mencapai Rp1,63 miliar dolar AS atau naik 87,89 persen.
“Ekspor Sumbar paling dominan pada 2021 adalah komoditas lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai 2,44 miliar dolar AS,” kata Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati di Padang, Minggu.
Selain itu karet dan barang dari karet juga menjadi komoditas paling banyak diekspor dengan nilai 188,10 juta dolar AS serta bahan nabati 64,33 juta dolar AS.
Sepanjang 2021 negara tujuan ekspor paling besar adalah Pakistan dengan total nilai ekspor 864,65 juta dolar AS, India 463,88 juta dolar AS, Amerika Serikat 216,65 juta dolar AS, Bangladesh 297,31 juta dolar AS.
Ia menyampaikan pada 2021 ekspor ke Pakistan memiliki peran sebesar 28,519 persen dan India 16,93 persen.
Sementara itu ekspor industri pengolahan Sumbar pada 2021 mencapai 2,9 miliar dolar AS dan pertanian 139,25 juta dolar AS.
Sebaliknya sepanjang 2021 nilai impor Sumbar mencapai 410,12 juta dolar AS atau mengalami kenaikan 118,38 persen dibandingkan 2020 yang mencapai 187,80 juta dolar AS.
Komoditas yang paling banyak diimpor pada 2021 adalah bahan bakar mineral senilai 305,17 juta dolar AS, mesin-mesin 10,68 juta dolar AS dan kertas 3,76 juta dolar AS.
Negara asal impor terbesar pada 2021 yaitu Singapura dengan nilai 218,18 juta dolar AS, China 7,62juta dolar AS, dan Swedia 2,46 juta dolar AS.
Sebelumnya Gubernur Sumbar Mahyeldi memaparkan di tengah pandemi ekspor komoditas pertanian Sumbar terus mengalami peningkatan.
“Ini bukti bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap bisa bertahan dan mendukung perekonomian daerah di tengah pandemi,” kata dia.
Produk pertanian yang diekspor diantaranya kayu manis, sawit, karet, pinang, pala, gambir, biji kopi, petai cina, kecombrang, jengkol dan beberapa produk lain yang memiliki pasar cukup luas di beberapa negara.
Ia menyampaikan potensi ekspor tersebut terus ditingkatkan salah satunya dengan memperkuat hilirisasi produk pertanian di daerah sehingga yang diekspor bukan lagi komoditas mentah.
“Kayu manis misalnya, kebutuhan di negara tujuan itu adalah yang sudah diolah menjadi bubuk. Demikian juga dengan karet. Kalau kita bisa membawa investor untuk membangun pabrik di Sumbar, nilai produknya tentu akan lebih tinggi,” katanya.
Ke depan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait akan ditugaskan untuk mulai mempersiapkan program untuk hilirisasi produk pertanian seiring dengan visi misi yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021-2026 yang juga fokus pada sektor pertanian.
Mahyeldi mengatakan sejalan dengan upaya meningkatkan volume ekspor, harus didukung dengan ketersediaan pelabuhan laut yang memadai. Pelabuhan Teluk Bayur cocok dengan deskripsi itu tetapi saat ini masih ada kendala yaitu ukuran crane yang kecil sehingga tidak bisa mengangkat kontainer besar.
“Kami berharap Pelindo II bisa mencarikan solusi hal ini sehingga ekspor produk asal Sumbar bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Dede Eka Nurdiansyah

















