Jakarta, Aktual.co —Rencana penerapan sistem pembayaran tarif rupiah per kilometer untuk angkutan umum Kopaja AC di DKI, masih terkendala ‘kebiasaan’ sopir angkutan minibus itu.
Hal itu diakui Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kata dia, dengan penerapan sistem tarif rupiah per kilometer, diharapkan tidak ada lagi supir Kopaja AC yang kebut-kebutan di jalan rebutan penumpang, atau ngetem.
Namun, di sisi lain, dia juga mengakui agak sulit merubah kebiasaan supir Kopaja AC yang terbiasa bebas dalam angkut penumpang. Kemungkinan adanya ‘perlawanan’ dari para supir pun diakui Ahok bisa saja terjadi.
“Mereka (supir) ini kan yang biasa berhenti sesukanya, rokok bebas, dan sebagainya,” kata Ahok.
Tentu, ujar dia, para supir tak akan suka jika diminta patuhi  aturan baru dengan pembayaran sistem gaji, dari diberlakukannya tarif rupiah per kilometer tadi. “Dia (supir) nggak akan suka. Ini katanya aturan (membatasi) kebebasan.” 
Padahal, ujar Ahok, pihaknya ingin setiap 10 menit atau setengah jam bus bisa jalan terus. Sehingga tidak ada lagi istilah ‘ngetem’ bus menunggu penumpang penuh. Dengan begitu tidak ada lagi penumpukan penumpang di pagi atau sore hari. 
Saat siang hari, ujar Ahok, di mana penumpang biasanya sepi, mungkin saja bisa diberlakukan tarifnya lebih murah. 

Artikel ini ditulis oleh: