Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan bahwasanya baginda Nabi Muhammad SAW telah mendidik para sahabatnya dengan lapar. Lapar yang dimaksud pada hal ini yaitu berhenti makan sebelum kenyang.

Hal ini sebagaimana bainda katakana kepada seorang dokter yang waktu itu dikirimkan oleh Al Muqauqis raja mesir sebagai hadiah. Ketika itu sang raja mengirimkan hadiah kepada baginda Nabi setelah baginda mengutuskan utusanya untuk mengajak sang raja masuk islam. Hadiah yang dikirimkan diantaranya adalah sayiidah Mariyyah Al Qibthiyyah yang baginda jadikan sebagai hamba sahaya bukan isterinya, kemudian sodarinya yaitu Sirin yang kemudian baginda haidahkan kepada Hassan bin Tsabit RA, lalu seorang dokter, dan beberapa hadiah lainnya seperti bighal (hasil perkawinan antara kuda dengan keledai), keledai, emas dan pakaian.

Semua hadiah ini baginda terima kecuali dokter, dan Rasulullah berkata kepadanya, “Adapun kamu, saya tidak memerlukanmu. Kita adalah kaum yang tidaklah makan kecuali ketika lapar, dan ketika makan maka tidak sampai kenyang,”.

Setelah mendengarkan ucapan baginda, dokterpun masuk islam, karena dia tahu bahwa kata-kata ini adalah merupakan kunci kesehatan yang tidak diketahui oleh seorang yang mendapatkan wahyu dari langit.

Syekh Yusri mengatakan, marilah kita perbaiki gaya hidup kita, untuk membiasakan sunnah Rasulullah Saw pada setiap hal. Dalam hal makan beliau bersabda,

مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرٌّ مِنْ بَطْنٍ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أُكْلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ طَعَامٌ وَثُلُثٌ شَرَابٌ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidaklah anak Adam itu memenuhi sebuah wadah yang lebih jelek daripada perutnya, cukuplah bagi anak Adam dengan makanan yang bisa meluruskan punggungnya, maka jikalau memang harus (makan banyak) maka sepertiga untuk makannya, sepertiga lagi untuk minumnya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya,” (HR. Ahmad).

Janganlah membiasakan diri untuk makan dengan menu yang bermacam-macam pada satu waktu, karena ini bisa menjadikan kita tidak bisa mengontrol diri, sehingga makan hingga melebihi kapasitas kekenyangan kita. Dan juga hal ini menjadikan kita tidak bisa merasakan kenikmatan dari makanan itu sendiri. Ketika menu yang dihidangkan kepada kita banyak, maka kita ingin menyicip pada setiap menu yang ada, sehingga tidak terasa kita sudah kenyang dan tidak bisa merasakan kenikmatan dari masing-masing masakan tersebut.

Ini adalah bentuk tarbiyyah Rasulullah Saw kepada para sahabatnya, yaitu dengan tidak berlebihan dalam segala hal yang diantranya adalah perkara makan, sebagaimana para ulama tashawuf mengajarkan kepada para muridnya. Bukan berarti meninggalkan makan secara keseluruhan, karena ini bisa memberikan kemadharatan bagi diri kita. Allah telah berfirman,

وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَة

“Dan janganlah kalian lempar diri kalian kepada kehancuran,” (QS. Al Baqarah: 195).

Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain