Jakarta, Aktual.co —Pengamat tata kota, Yayat Supriatna, berpendapat Badan Pertanahan Nasional (BPN) perlu melakukan perbaikan administrasi, guna mencegah alih fungsi lahan di kawasan hulu kawasan Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat.
Karena kawasan hutan lindung dan perkebunan di sana tengah terancam pertumbuhan pariwisata. Di mana tiap akhir pekan ada sekitar 40 ribu kendaraan berbondong menuju Puncak dari Jakarta.
“Artinya kawasan Puncak sudah menjadi kota pariwisata, tidak lagi perkebunan dan hutan lindung. Yang menyebabkan ‘run-off’ air akan lebih besar,” kata Yayat, di acara Diskusi Publik Manfaat Aliran Sodetan Kali Ciliwung, Jakarta, Jumat (20/2).
Untuk itu, Pemerintah Daerah maupun Pusat harus berupaya agar jangan sampai daerah resapan di kawasan hulu yang tersisa saat ini berubah jadi bangunan permanen.
Keberadaan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi juga bisa menahan beban air di kawasan hulu. Sehingga berpengaruh terhadap pembangunan sodetan yang  menghubungkan Sungai Ciliwung dengan fasilitas Banjir Kanal Timur (BKT).
Sedangkan di Ibu Kota Jakarta, kata dia, sistem penanggulangan banjir bisa dilakukan dengan menambah penampungan dengan kapasitas air yang lebih banyak dan luas. 
“Nambah waduk dan situ lalu kapasitas air di sungai dengan pelebaran hingga normalnya lebar sungai di hilir afalah 50 meter,” kata dia.
Sodetan tersebut membantu beban Sungai Ciliwung untuk dibagi dengan fasilitas BKT. Namun di Jakarta, tambah Yayat, sekarang sedang melakukan ‘pembunuhan’ ekologis yang menyebabkan air tanah Jakarta yang semakin sedikit.
“Sehingga dengan berkurangnya air tanah, akan membuat semakin rendahnya Jakarta yang mengakibatkan Jakarta diserang air dari kedua arah yaitu hulu dan laut,” kata Yayat.

Artikel ini ditulis oleh: