Saudaraku, dari “falling in love”–jatuh (dalam) cinta–hendaknya kita beringsut menjadi “growing in love”–tumbuh (dalam) cinta. Jatuh cinta menyiratkan modus “memiliki”, ada pihak yang harus takluk dan tak berdaya dalam pelukan cinta buta, yang membuat hubungan cinta jadi relasi saling menguasai. Tumbuh cinta mencermikan modus “menjadi”, bahwa cinta itu suatu proses resiprokal: saling peduli, saling belajar, saling berbagi, dan saling menumbuhkan.
Seperti aku dan bunga-bunga di tamanku, tumbuh bersama dengan semangat saling memberi. Aku belajar memahami tabiatnya dan penuh gairah merawatnya. Makin baik pemahaman dan pemeliharaanku, makin sehat dan subur bunga itu bersitumbuh. Makin sehat dan subur tanamanku, makin sehat dan indah ruang hidupku.
Tak ada yang merugi dalam pengorbanan untuk tumbuh dalam cinta. Makin banyak memberi, makin banyak menerima. Makin saling peduli, makin saling mencintai, makin bahagia hidup bersama.
Maka, lawan sesungguhnya dari cinta itu bukanlah benci melainkan masa bodoh. Cinta dan benci tersambung oleh biokimiawi perasaan yang sama dengan hasil yang berbeda. Membenci bisa merupakan efek dari mencintai. Namun, masa bodoh pertanda tak mempedulikan dan tak menghargai karena ketiadaan rasa cinta.
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin