Jakarta, Aktual.co — Direktur Gas Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa jaringan gas Kalimantan-Jawa I (Kalija I) diyakini mampu memenuhi target beroperasi pada Agustus 2015.
“Saya yakin bisa ‘on schedule’ (sesuai jadwal), tinggal nanti mengurus izin kapal oleh Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan,” kata Djoko saat mengunjungi lokasi pelapisan (coating) pipa gas di Batam, Rabu (18/2).
Djoko menilai kualitas dan proses pelapisan pipa berjalan dengan baik sehingga ia optimistis proyek pipanisasi berjalan lancar.
“Kalau tidak selesai, Pak Menteri ESDM turun. Tapi saya rasa, masalahnya cuma di izin perhubungan laut. Senin (23/2) diurus,” katanya.
Direktur Utama Bakrie Pipe Industries Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, dalam kesempatan yang sama, mengatakan proses pelapisan terhadap 22.200 batang pipa yang masing-masing berukuran panjang 12 meter dan diameter 14 inchi itu telah selesai.
“‘Coating’ sudah selesai sejak November. Kami mengerjakannya dari September,” katanya.
Wigrantoro menjelaskan pipa baja yang bahan baku lembarannya berasal dari Krakatau Steel dan impor itu, dilapis beton sebagai pemberat agar pipa tak bergeser di dasar laut. Selain itu, pipa gas juga dilapis lapisan antikorosi sehingga total beratnya mencapai sekitar 3 ton per batang. Ada pun nilai kontrak pelapisan mencapai sekitar 88 juta dolar AS.
“Tugas kami menyediakan pipa sampai ‘coating’ sudah selesai. Pipanya sendiri dibuat di pabrik Bekasi dan dilapisi di sini (Batam). Ini tinggal diambil PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) untuk dibawa ke tengah laut dan dipasang,” katanya.
Proses pelapisan pipa memang dilakukan di dua lokasi, yakni Bredero Shaw Indonesia di Batam (sekitar 80 persen) dan Indal Gresik (20 persen). Sementara itu, Direktur Utama PT KJG Ismet Pane mengatakan progres proyek pipanisasi gas bumi Kalija I sudah mencapai 42,47 persen.
“Target operasi Agustus tahun ini, dan semua dilakukan percepatan,” katanya.
Pipa transmisi Kalija dilaksanakan dalam dua tahap (Tahap I dan Tahap II).
Pipa transmisi Kalija Tahap I, dengan panjang 207 kilometer dengan pipa 14 inch, menghubungkan sumber gas Lapangan Kepodang ke PLTGU Tambak Lorok, Semarang. Aliran gasnya sebesar 116 juta kaki kubik per hari.
Aliran gas ke PLTGU Tambak Lorok diharapkan mampu menutup inefisiensi yang dialami pembangkit listrik sebesar Rp2,1 triliun per tahun itu selama ini. Sementara pipa transmisi Kalija Tahap II, panjang 1.200 kilometer dengan pipa 36 inch, menghubungkan sumber gas di Kalimantan Timur ke Jawa Tengah. Selama delapan tahun proyek ini mangkrak karena pemenang lelang pembangunan Kalija yaitu PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tidak melaksanakan pembangunan.
Selanjutnya Berdasar SK Menteri ESDM Nomor 2700 K/11/MEN/2012, pemerintah memutuskan untuk membangun jaringan pipa Kalija secara bertahap dengan mempertimbangkan pasokan gas bumi dari sumbernya, yaitu Kalija I dan Kalija II. Untuk mempercepat pembangunan pipa Kalija I, pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM mengirim surat kepada PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) dan BNBR pada 7 Februari 2014.
Kedua perusahaan kemudian membentuk perusahaan yang dimiliki bersama, yaitu PT Kalimantan Jawa Gas (PT KJG), di mana PGN memiliki 80 persen saham dan BNBR 20 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















