Jakarta, Aktual.com – Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) berkunjung langsung ke Desa Tamanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang merupakan perkebunan Jeruk Pamelo.
Ada hal berbeda dalam kedatangan Ibas kali ini, dia turut serta mengajak ibu hamil dan balita yang ada di Desa Tamanan untuk bertemu. Ajakan Ibas ini bukan tanpa alasan.
Rupanya selain melihat perkebunan jeruk, dia juga menyalurkan bantuan berupa paket sembako untuk warga serta biskuit gizi (MPASI) tinggi untuk ibu hamil dan balita. Bantuan ini merupakan bukti nyata perhatian Ibas terhadap kesehatan ibu hamil dan balita.
“Istri kulo (isti saya), Aliya, juga sedang hamil. Alhamdulillah. Insya Allah menanti anak keempat. Mohon doanya, nggeh sedherek (iya para saudara), semoga lancar persalinannya sama seperti persalinan ibu-ibu semua yang sedang mengandung,” kata Ibas ketika menyapa para ibu hamil dan balita dikutip, Senin (25/4).
Tak hanya itu, Ibas juga memberikan bantuan makanan pendamping asi. Terlebih, Ibas menerapkan kepada istrinya agar mengonsumsi makanan pendamping asi ketika masih bayi.
“Semoga itu bisa memperkuat imunitas serta menjadi vitamin untuk masa depan mereka,” sambungnya.
Tak lupa, Ibas juga berpesan kepada para ibu hamil agar nantinya tetap memberikan asi eksklusif untuk bayinya. Asi merupakan makanan langsung dari Allah SWT yang diberikan secara gratis. Di samping itu, asi memiliki kandungan gizi tinggi tiada tara yang bisa melindungi bayi dari berbagai penyakit dan meningkatkan kecerdasan serta lain sebagainya.
“Semoga kelak anak-anak kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua, baik ibadahnya, jadi anak yang pnitar, kemudian berhasil jadi pemimpin-pemimpin hebat,” doa Ibas yang disambut Amin secara kompak oleh seluruh warga yang hadir.
Dalam kunjungannya di Desa Tamanan, Ibas kemudian menyempatkan waktunya bertemu dengan petani jeruk di Perkebunan Jeruk Pamelo. Jeruk Pamelo merupakan jeruk syarat khasiat khas Kabupaten Magetan yang juga dibudidayakan.
Bentuknya hampir mirip dengan jeruk bali, tetapi jeruk pamelo memiliki daging berwarna merah tanpa biji dan rasanya lebih manis.
“Saya datang ke sini, katanya ada jeruk yang paling terkenal di Magetan, Jeruk Pamelo. Sudah pada merasakan belum? enak? manis atau asam?” tanya Ibas ke warga, yang langsung dijawab serempak menjawab, “manis Mas, Alhamdulillah kalau sudah mencicipi, itu artinya kita ikut melestarikannya,” kata Ibas “Ada istilah jeruk makan jeruk, ya ini namanya warga menanam dan warga juga yang memakan, disambut seloroh warga, “leres Mas..”
Budidaya jeruk pamelo di Desa Tamanan sudah ada sejak tahun 60-an. Hingga saat ini, perkebunan jeruk pamelo terus dikembangkan oleh warga karena ini menjadi pendapatan tertinggi desa.
“Bedanya jeruk kami dengan pamelo yang lain, punya kami lebih tahan lama bisa sampai dua bulan. Alhamdulillah distribusi meluas sampai ke luar kota, ada di Jakarta, Bandung, dan Bali,” ujar salah satu petani jeruk.
“Masya Allah, ternyata banyak banget ya kelebihannya. Harus terus dikembangkan, karena ini sangat berpotensi besar,” kata Ibas sembari menyusuri perkebunan jeruk.
“Terus untuk pengembangannya apa ada kendala?” lanjut Ibas. “Ada Mas, pertama sulit mendapatkan pupuk subsidi. Selain ada penjatahan, administrasinya juga sulit. Harus bawa KTP, KK, dan lain-lain. Mungkin maksudnya supaya tidak diperjualbelikan lagi, tapi jujur saja kami petani justru merasa terbebani. Nah, kedua kalau pupuk non subsidi, harganya terlalu mencekik Mas Ibas,” jawab petani lagi.
“Kalau pupuknya pakai apa?” tanya Ibas lagi. “Ini pakai NPK, tapi juga dicampur dengan pupuk organik. Dua-duanya dibutuhkan,” jawab petani jeruk.
“Tidak hanya di perkebunan jeruk, sebelumnya saya juga mendapat uneg-uneg dari petani,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu