Jakarta, Aktual.co — Klenteng Kim Tek Ie yang berlokasi di Glodok, Jakarta, merenovasi ruangan untuk menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2566.
“Lantainya kami tinggikan dan dinding-dindingnya kami cat ulang,” kata salah satu pengurus Klenteng Kim Tek Ie, Koe Aoeng Woei, Jakarta, Rabu (18/2).
Pria yang akrab disapa Awai itu mengatakan lantai di ruangan sembahyang ditinggikan mulai 30-50 sentimeter sehingga terhindar dari banjir.
“Lantainya kami tinggikan karena tahun kemarin banjir. Jadi umat bisa nyaman sembahyang,” tuturnya.
Ia mengatakan renovasi itu tidak mengubah bentuk bangunan sehingga bentuk klenteng tetap dipertahankan sebagaimana aslinya dengan arsitektur Tiongkok. Pengecatan dinding bangunan, lanjutnya, dilakukan pada bagian dinding yang memudar warnanya.
Ia mengatakan pembangunan lantai itu dilakukan sejak November 2014 dan sekarang tinggal proses pembersihan. Sedangkan, pengecatan itu dilakukan sejak Januari 2015 hingga Selasa (17/2).
Kemudian, pihaknya juga memasang sebanyak 10 lampu di ruangan klenteng dan jalan masuk klenteng untuk memberikan penerangan kepada setiap orang yang datang bersembahyang.
Selain itu, pengurus klenteng juga melakukan bersih-bersih patung dewa dan dewi sejak Sabtu (14/2) sebagai tradisi perayaan Imlek.
“Menyambut Imlek jangan kita aja yang mandi, bersih-bersih, ingat bebersihan leluhur kita untuk menghormati leluhur,” ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya juga membersihkan ruangan dari debu hasil pembakaran dupa seperti pada atap dan dinding dengan ukiran simbol-simbol klenteng seperti burung rajawali hong, kuda dan naga.
Kegiatan sembahyang Imlek dimulai pada Rabu (18/2) mulai pukul 05.00 WIB hingga Kamis (19/2) untuk waktu yang tak terbatas.
Warga mulai datang bersembahyang dengan membawa persembahan seperti makanan, buah-buahan dan kembang yang berjumlah ganjil sesuai tradisi.
Awai mengatakan dalam kegiatan sembahyang, umat juga memberi permohonan kepada sang pencipta, dewa dan dewi seperti meminta rahmat dan berkat untuk rejeki berlimpah, keberhasilan usaha, kerukunan hidup, keharmonisan keluarga serta mendapat jodoh.
Dalam sembahyang itu, umat melakukan berbagai kegiatan antara lain membakar dupa, menyalakan lilin dan menuangkan minyak.
Awai mengatakan keharuman dari pembakaran dupa antara seorang dengan yang lainnya dapat berbeda tergantung amal baik dalam kehidupan.
“Semakin baik tingkah lakunya, semakin wangi asap dupanya,” katanya.
Kemudian, menyalakan sepasang lilin merupakan bagian penting yang bermakna penerangan kehidupan agar terhindar dari segala kesulitan. Sepasang lilin bermakna agar hidup seimbang baik kehidupan secara jasmani maupun rohani, katanya.
“Lilin melambangkan api yang memberikan penerangan hidup agar hidupnya terang tidak susah keluarga, nasib baik, dan keluarga tetap harmonis,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, minyak yang dituangkan sebagai air yang mengalir agar rejeki selalu mengalir dan berlimpah sehingga dapat hidup makmur bagi umat yang menuangkan minyak itu.
Ia berharap Imlek membawa keberkahan bagi setiap kehidupan baik masyarakat, alam maupun negara. Umat juga dapat melakukan pembersihan hati, pikiran, ucapan dan perbuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, harapnya
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid

















