Kilang Minyak. (Foto: Ilustrasi/Ist)

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Rabu (25/5) sore, didukung oleh ketatnya pasokan dan prospek meningkatnya permintaan dari awal musim mengemudi pada musim panas mendatang di Amerika Serikat sebagai konsumen minyak mentah terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk Juli naik 44 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 114,00 dolar AS per barel pada pukul 06.19 GMT. Brent berjangka naik 0,1 persen pada Selasa (24/5) dan menguat untuk hari kelima beruntun.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli terangkat 51 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 110,28 dolar AS per barel. Kontrak WTI merosot 52 sen pada Selasa (24/5).

Pasokan minyak mentah global terus mengetat karena pembeli menghindari minyak dari Rusia, eksportir terbesar kedua di dunia, di tengah sanksi menyusul invasinya ke Ukraina, yang disebut Rusia sebagai “operasi militer khusus”.

Menteri Luar Negeri Prancis yang baru mengatakan pada Selasa (24/5) bahwa dia optimis bahwa mereka yang masih menentang paket sanksi baru Uni Eropa yang akan menghapus impor minyak Rusia ke blok tersebut dapat diyakinkan, dan bahwa blok tersebut akan mencapai kesepakatan yang akan berdampak pada pembatasan pasokan global.

“Dengan larangan eksplisit mengimpor minyak mentah Rusia di AS dan Inggris, dan perusahaan-perusahaan minyak enggan membeli bahkan tanpa hambatan hukum formal, sanksi sendiri masih menyebabkan kekurangan pasokan,” kata mitra pengelola SPI Asset Management, Stephen Innes dalam sebuah catatan.

Menjaga tekanan pada pasokan Rusia, seorang pejabat pemerintahan Biden menuju ke India pada Selasa (24/5) untuk berbicara dengan para pejabat dan eksekutif industri swasta tentang sanksi AS terhadap Rusia, kata Departemen Keuangan, ketika Washington berusaha untuk menjaga agar pembelian minyak Rusia oleh India tidak meningkat.

Situasi pasokan minyak mentah semakin ketat karena perjalanan akhir pekan Memorial Day AS diperkirakan akan menjadi yang tersibuk dalam dua tahun, menyebabkan permintaan bahan bakar meningkat karena lebih banyak pengemudi berencana untuk pergi dan menghindari pembatasan pandemi virus corona meskipun harga bahan bakar tinggi.

Permintaan bahan bakar yang diperkirakan akhir pekan ini muncul dalam data persediaan AS. Persediaan bensin negara itu turun 4,2 juta barel pekan lalu, sumber pasar mengatakan Selasa (24/5), mengutip angka American Petroleum Institute (API).

Stok sulingan juga turun 949.000 barel, kata sumber tersebut, sementara stok minyak mentah AS naik 567.000 barel.

Data dari pemerintah AS tentang stok akan dirilis pada Rabu waktu setempat. Para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu, sementara stok sulingan terlihat naik.

Di China, importir minyak terbesar dunia, Beijing memperketat jaring COVID-19-nya, sementara di Shanghai pihak berwenang berencana untuk mempertahankan sebagian besar pembatasan pada bulan ini, sebelum pencabutan penguncian dua bulan yang lebih lengkap mulai 1 Juni.

“Harga minyak naik karena sentimen risiko tampaknya pulih dari ketakutan resesi baru-baru ini, dengan China secara bertahap melonggarkan penguncian dan langkah-langkah stimulus yang diambil oleh Beijing,” kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra