Saudaraku, apakah kamu memiliki tujuan dalam hidupmu? Misteri eksistensi manusia tidak terletak pada keberlangsungan asal bisa hidup, melainkan pada pergulatan menemukan alasan untuk apa hidup.
Banyak manusia menjalani hidup secara monoton. Mereka mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk bekerja demi hidup. Hidup dihidupi dengan rutinitas kerja tanpa tahu semua yang dikerjakan itu untuk apa. Seperti laron-laron yang sibuk mencari sesuatu di bawah terang lampu jalanan, tanpa menyadari tujuan perjalanan.
Mengerti tujuan hidup berarti menyadari bahwa manusia terlahir di dunia untuk mencapai kedirian terluhur; untuk menghidupi misi hidup; dan untuk melakukannya dengan penuh keberanian.
Untuk menghidupi tujuan hidup itu, kendalanya bukan soal betapa sedikitnya waktu yang kamu punya, melainkan betapa banyaknya waktu yang terbuang. Kehidupan yang kita terima tidaklah pendek, tetapi kitalah yang membuatnya jadi singkat. Kita tidaklah diberikan hidup sia-sia, namun kita lah yang membuatnya jadi sampah.
Semua agama, seni dan sains adalah cabang dari pohon yang sama. Aspirasi dari semua itu diarahkan untuk meninggikan martabat manusia dari sekedar eksistensi fisik, dan menuntunnya menuju kemerdekaan dan kemuliaan insaniah.
Adapun nilai kemerdekaan dan kemuliaan insaniah itu terletak pada kebebasan bertanggung jawab mengembangkan potensi diri menjadi versi terbaik dari eksistensi dirinya untuk memberikan manfaat sebesar-sebesarnya bagi kehidupan sesama.
Tak peduli berapa lama kamu berkelana di dunia, berapa banyak uang yang kamu kumpulkan, seberapa kuat kekuasaan yang kamu kendalikan, seberapa tinggi tingkat pendidikan dan keluasan ilmu yang kamu raih atau seberapa banyak perhatian yang kamu dapatkan. Yang terpenting adalah seberapa besar vibrasi positif yang kamu radiasikan dalam hidup.
Maka hidupilah hidup dengan hidup bermakna!
Makrifat Pagi, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin