Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum PSSI Djohar Arifin mengklaim reformasi di tubuh Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI), induk organisasi sepak bola Tanah Air, telah berjalan dan terus mengalami perbaikan ke arah yang lebih baik.

“Kita berani mengatakan, reformasi sudah dilaksanakan dan berhasil termasuk reformasi organisasi PSSI seperti Asprov PSSI daerah mengelola secara penuh sepak bola diwilayahnya, sebab dulu Asprov itu hanya perpanjang tangan PSSI,” kata Djohar saat berada di Kota Jayapura, Papua, Minggu (15/2).

Ia menyontohkan perubahan dan perbaikan pada jenjang kompetisi profesional yang dulunya bisa mencapai lima tingkat, tetapi sekarang menjadi ramping tinggal tiga kompetisi.

“Dulu kompetisi dimulai dari Divisi 3, Divisi 2, Divisi I, Divisi Utama dan Liga Super Indonesia. Tapi sekarang menjadi tiga saja yaitu, Liga Nusantara yang mengakomodir Divisi 3, Divisi 2 dan Divisi I, lalu ada Divisi Utama dan Liga Super Indonesia, demikian hal ini diharapkan sepak bola Tanah Air makin bergairah,” katanya.

Dengan adanya perubahan jenjang kompetisi atau format, akan berdampak pada pembinaan pemain yang bermuara pada pemilihan pemain di tubuh Timnas karena penjejangannya cukup sederhana.

“Jadi Timnas tidak fokus pada senior tim saja, tetapi mulai dari jenjang umur 14, 16, 18, 21, 23 dan senior yang bisa mengecilkan dana dengan harapan prestasi yang dicapai tidak secara instan. Kita bersyukur dana yang didapatkan melebihi dari yang kita butuhkan sehingga tidak membutuhkan dana-dana dari pemerintah, malah kita surplus pada dua tahun terakhir 2013 dan 2014,” katanya.

Selain itu, lanjut Djohar, peningkatan SDM untuk wasit dan pelatih juga diperhatikan dan untuk memperbaiki hal itu PSSI terus berkonsultasi dengan FIFA agar bisa mendatangkan instruktur pelatih dan wasit.

“Kita minta kepada FIFA instruktur untuk pelatih. Setelah FiFA memberikan beberapa nama kita teliti dan seleksi dan sudah ditetapkan. Demikian juga dengan Direktur Teknik kita minta ke FIFA dan dikirimkan enam nama dan kita pilih satu yakni Peter Huistra,” katanya.

“Kemudian masalah wasit, kita harapkan mendapat instruktur dari FIFA, karena sepak bola kita di Indonesia masih labil, bukan sekali ini saja, tetapi sejak 1960-an dimana, sebentar bagus, sebentar hilang. Dan itu berimbas pada permainan klub dan tim, namun pada periode kami saja di 2013 panen gelar-gelar untuk Timnas U-19 tetapi 2014 turun lagi,” tambahnya.

Menurut Djohar, masalah pelatih dan wasit ternyata bisa berdampak pada gelar juara karena kualitas pertandingan sehingga hal ini menjadi bagian yang utama juga untuk diperhatikan “Kenapa terjadi demikian ternyata kita tidak punya pondasi yang benar. Pondasi inilah yang kita hendak perbaiki, dengan memperbanyak pelatih sehingga anak-anak kita mendapat banyak ilmu, bagaimana berlari, menendang dan bermain bola dengan benar ini yang kita kejar,” katanya.

Djohar mengatakan, negara-negara maju sudah melakukan itu, di Indonesia meski terlambat tetapi PSSI tidak mau menyerah.

“Jepang dan Korea membuat pondasi piramida yang besar, dari bawah mnegerucut keatas, ini yang kita kejakan. Ini juga ditiru oleh Thailand sehingga mereka maju. Inilah yang kita kejar sehingga kita bisa maju, nanti kita punya sentra-sentra latihan disetiap wilayah dimana anak-anak terbaik mulai umur 14, 16, 18 dilatih, dari Papua juga akan kita masukkan dan itu proyek dari PSSI,” katanya.

“Nanti juga ada di Kalimantan, Sulawsi, Sumatra dan Jawa. Inilah yang menyiapkan pemain dan kontrol dari tenaga teknik sehingga persiapan untuk senior kita bisa panen pemain. Disinilah terlihat persaingan ketat anak-anak yang bagus akan masuk didalam sampai ke Timnas. Inilah yang kita kerjakan dengan target lima-enam tahun kedepan ini sudah berhasil,” lanjutnya.

Oleh karena itu, kata Djohar, dukungan semua pihak terutama pemerintah pusat dan daerah dapat membantu dukungan infrastruktur dengan membangun lapangan-lapangan standar disetiap provinsi, kabupten dan kota sehingga pembinaan bisa terbangun dengan baik.

“Tentunya daerah harus dukung dengan penyediaan infrastruktur lapangan yang baik,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid