Jakarta, Aktual.co — Akibat stok kurang harga komoditas cabai di pasaran Gorontalo dan sekitarnya beberapa hari belakangan kembali mengalami kenaikan. Sejumlah pedagang di Gorontalo, ditemui Minggu (15/2), mengakui, bahwa sebelumnya harga cabai mengalami penurunan, namun karena stok hasil panen petani menurun, maka sejak beberapa hari terakhir kembali naik.
Yusup Antu salah seorang pedagang cabai di Pasar Sentral Gorontalo mengatakan, beberapa pekan lalu harga komoditas tersebut dijual Rp9.000 hingga Rp11.000 per kilogram, namun saat ini kembali naik menjadi Rp22.000 hingga Rp24.000/kg.
Dia menjelaskan, kenaikan harga tersebut banyak disebabkan akibat stok petani mulai berkurang. Hal itu karena hujan yang mengguyur Gorontalo mengakibatkan calon ataupun buah dari tanaman cabai banyak yang berguguran. “Hujan yang disertai angin kencang menyebabkan calon buah ataupun cabai yang masih hijau, banyak yang tidak berkembang dengan baik serta berjatuhan dan busuk,” kata Yusup.
Dia mengungkapkan, bahwa sejak beberapa pekan terakhir ini pedagang cabai di Gorontalo banyak mengandalkan hasil produksi petani lokal, karena sebagian besar lahan perkebunan petani ditanami cabai yang sekarang mulai panen, namun banyak yang buahnya rusak akibat musim hujan yang disertai angin kencang.
Amigo Umar, pedagang cabai lainnya mengatakan, dengan kondisi yang ada sekarang ini maka terpaksa pedagang kembali akan mengandalkan cabai dari luar daerah Gorontalo, seperti asal Sulawesi Tengah. “Kami terpaksa akan membeli cabai dari petani yang ada di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah,” kata Amigo seraya menambahkan kualitas cabai dari Sulteng itu hampir sama dengan Gorontalo.
Nasir Noho salah seorang petani cabai mengatakan, saat ini banyak lahan yang ditanami cabai sudah beberapa berhasil panen, namun karena mulai hujan yang disertai angin kencang, hasil produksi panen mengalami penurunan. “Kami yakin kenaikan harga cabai ini tidak akan berlangsung lama, sebab puluhan hektare tanaman cabai dalam waktu dekat siap panen,” kata Nasir.
Sementara itu, Lahmudin Ali salah seorang ketua kelompok petani jagung di Kabupaten Gorontalo, mengatakan sejak Desember 2014 hingga awal Februari 2015, harga jagung di pasaran Gorontalo dan sekitarnya mengalami penurunan. Namun sejak memasuki pertengahan Februari 2015, harga komoditas tersebut mulai membaik dan menjanjikan bagi petani, sebab bisa mendapat keuntungan setelah dikurangi dengan biaya tanam dan panen.
“Harga yang dipatok oleh pedagang yang berasal dari luar daerah Gorontalo mulai mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu,” kata Lahmudin.
Dia menjelaskan, jika sebelumnnya harga jagung di pasaran berkisar Rp3.200 hingga Rp3.300 per kg dengan kadar air 16 persen, sekarang sudah naik menjadi Rp3.700 hingga Rp3.800/kg dengan kadar air yang sama.
Karim Ishak salah seorang karyawan dari perusahaan pengumpul jagung di Gorontalo mengatakan, saat ini harga komoditas tersebut dari pengusaha di Kota Manado, Sulawesi Utara, mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Dia menjelaskan, biasanya pengusaha pengumpul jagung asal Gorontalo melakukan pengiriman ke Pulau Jawa bahkan ke laur negeri, namun karena harga di Manado sangat menjanjikan maka melayani permintaan untuk wilayah tetangga tersebut. “Ada beberapa pengusaha pengumpul jagung asal Gorontalo, saat ini masih melayani permintaan dari Manado,” Kata karim, namun tidak memerinci secara jelas berapa harga pengambilan di Manado.
Menurut dia, saat ini sejumlah wilayah di Gorontalo baru selesai melaksanakan panen dan kemungkinan masih mengolah areal perkebunan untuk ditanami kembali, jadi dapat dipastikan harga jagung akan terus mengalami kenaikan. “Karena petani baru selesai panen dan saat ini sedang mengolah lahan untuk ditanami kembali, maka stok untuk Gorontalo mulai berkurang,” kata Karim.
Artikel ini ditulis oleh: